Dyan Anggraini: Mengupas Relief Perempuan di Candi Borobudur lewat Lukisan

on

|

views

and

comments

Perupa Dyan Anggraini melalui karyanya berupaya menyibak sosok perempuan dalam relief di Candi Borobudur melalui seni rupa dan patung yang disandingkan dengan puisi karya penyair Landung Simatupang.

Perupa Dyan Anggraini mencermati bahwa relief di Borobudur sesungguhnya menempatkan posisi perempuan menjadi sosok sentral, baik dalam wujud dan perannya.

Dia memahami perempuan dalam relief Borobudur tak hanya mengenai fisiknya namun juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

“Tidak sekedar sosok perempuan, tetapi perempuan itu sangat lentur sebuah gambaran kasih sayang, sebuah kehalusan, nilai-nilai yang secara moral merupakan kebaikan yang secara terus-menerus dapat dijaga,” jelas dia.

“Kalau itu bisa hadir tetapi dengan dipresentasikan sesuai dengan konteks dengan jaman ini, dia akan menjadi kaya itu dia butuhkan saat ini,” tambah Dyan.

Sosok-sosok perempuan tersebut yang kemudian dihadirkan Dyan dalam karya seni rupa, seperti Dewi Tara yang merupakan Dewi Welas Asih yang banyak terdapat dalam relief Candi Borobudur.

Selain itu, perjalanan Ratu Maya melahirkan Sidartha Gautama di Taman Lumbini ketika dalam perjalanan menuju negeri asalnya, dilukis Dyan dengan menggunakan lilin atau malam yang biasa digunakan untuk membatik.

Perempuan (di) Borobudur

Keterangan gambar,Lukisan dengan judul Perempuan Bunda menggunakan malam yang biasa digunakan untuk membatik

Landung menjelaskan persiapan kolaborasi karya seni rupa dan sastra ini, memakan waktu sampai lima tahun.

“Selalu lokomotifnya karya Dyan dulu, ada rupa dulu, tapi sebelumnya kami ke Borodubur bersama-sama , menemukan tema bersama-sama,”Landung dalam pembukaan pameran, pertengahan Februari lalu.

Larik-larik puisi Landung itu kemudian ditorehkan dalam sejumlah lukisan dan karya rupa Dyan yang dipamerkan di Galeri Nasional Maret ini sampai 5 Maret nanti.

Selain perempuan di Candi Borobudur, Landung juga menyebutkan sosok Hariti seorang raksasa perempuan dengan 500 anak yang juga kanibal. Relief Hariti ada di Candi Mendut, yang terletak tak jauh dari Candi Borobudur.

“Namun dapat pencerahan dia berubah menjadi lembut, menjadi penyayang, menjadi dewi kesuburan, biologis ataupun pertanian,” jelas Landung. Perubahan sosok Hariti ini, menurut Landung merupakan cerminan kelenturan perempuan untuk berubah peran.

Perempuan (di) Borobudur

Keterangan gambar,Kurator pameran Suwarno Wisetrotomo, perupa Dyan Anggraini dan penyair Landung Simatupang

Perempuan di sekitar Candi Borobudur

Namun Dyan tak hanya mengungkap sosok yang ada di dalam relief, namun juga di sekitar Candi, salah satunya perempuan di Desa Kipoh, yang bekerja sebagai perajin gerabah.

“Kehidupannya sederhana, sangat tidak terpengaruh pariwisata yang menghasilkan banyak perputaran uang, ekonomi, tidak tersentuh dan mereka masih simple saja,” ujar Dyan.

Sosok perempuan tersebut dihadirkan dalam lukisan Dyan, dengan latar di sekililingnya origami burung merpati yang terbuat dari uang kertas, yang dapat ditafsirkan mereka tak tersentuh pesatnya wisata di Candi Borobudur.

Perempuan (di) Borobudur

Landung menyebut kisah kerajinan gerabah itu sudah ada di Desa Klipoh sejak masa pembangunan candi.

“Di desa itu sejak dulu para perempuan, dulu membuat alat memasak dan pangan untuk para pekerja borbudur, entah benar atau tidak, tapi cerita itu ada di Klipoh. “

Sosok perempuan dalam relief di Borobudur, menurut Landung memiliki keragaman seperti pengayom, perempuan adalah pendamping laki-laki dan juga sebagai umpan, sebagai suap seperti yang terjadi dalam kehidupan sang Buddha Sidartha Gautama. Saat ini pun, menurut Landung, perempuan masih ada yang digunakan sebagai ‘sogokan’.

Perempuan (di) Borobudur

Keterangan gambar,Dyan Anggraini dengan karyanya Tiwikrama yang disebutkan mencerminkan sosok dirinya

Dalam pameran ini, Dyan menghadirkan 37 karya, sembilan diantara merupakan tiga dimensi. Salah satunya karya patung sosok perempuan menggunakan penutup mulut yang berlapis.

“Sekarang ketika kita ingin mengkritisi sesuatu tidak gampang dan mudah,” ujar Dyan menjelaskan makna beberapa lapir penutup mulut patung perempuan berambut panjang.

Dan juga sejumlah kaki dengan peniti di salah satu bagiannya, seperti melangkah menuju sebuah kotak bergambar bunga lotus, yang merupakan gambaran perjalanan menuju Arupadatu (puncak), yang penuh luka.

Menurut kurator pameran Perempuan (di) Borobudur, Suwarno Wisetrotomo Dalam karya itu, Dyan berhasil meyampaikan metafor tersebut dan memicu sejumlah pertanyaan dalam karya yang lain.

“Saya merasa itu berhasil, problem itu terungkapkan dan mba Dyan sedang tidak membuat definisi, tidak sedang membuat kesimpulan, bagi saya melihat karya mba Dyan menimbulkan pertanyaan baru,” jelas Suwarno.

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: bbc.com

Share this
Tags

Must-read

Mantaflow Creating Fire

Menciptakan efek api? Mudah dengan Mantaflow! https://www.youtube.com/watch?v=lR9vjaYzeYQ
spot_img

Recent articles

More like this