Kesempatan memang tidak mengenal pintu masuk. Ia bisa datang lewat mana saja; termasuk kesempatan yang didapat oleh firma desain grafis Monoponik Studio ketika berkesempatan berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Bandung sebagai media support untuk kampanye Gerakan Sejuta Biopori.
Saat itulah Monoponik Studio berkesempatan untuk membuat produk grafis dalam format motion graphic untuk pertama kalinya.
Tak dinyana, hasil kampanye itu kemudian mengantarkan studio asal Bandung ini ke berbagai proyek motion graphic lainnya, mulai dari JNE hingga Bukalapak.
Berjalan sejak 2012, Monoponik didirikan oleh duo Ahmad Rifqi dan Faris Naufal yang ternyata berawal dari pertemanan di Facebook.
Dari awal, kolaborasi hanya bertujuan mengikuti lomba produk kreatif dan desain, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk membuka studio desain grafis secara profesional.
Kerja sama Pemkot Bandung sepertinya membuka pintu kesempatan yang lebih besar?
Rifqi (R): Ya, di proyek ini peran kami sudah semakin besar. Bukan lagi partner yang berada di lapisan luar, namun sudah sampai lapis kedua.
Skala tantangan kerja juga semakin besar karena video ini tentunya juga bakal dilihat lebih banyak pihak.
Belum lagi kami juga membuat desain baliho yang dipajang di Kota Bandung, yang tentu jadi kebanggaan tersendiri.
Kamu dikenal sebagai ‘spesialis motion graphic‘. Ini sebuah kelebihan atau justru kekurangan, karena keahlian yang dikenal mumpuni jadi menyempit?
R: Tentu itu sebuah kelebihan. Kalau dulu kami tidak terjun ke motion, mungkin akan tenggelam di antara keberadaan studio-studio desain lain. Dengan motion, kami memperoleh ‘celahnya’. Walau ini seperti ketidaksengajaan, namun tetaplah sebuah kesempatan yang harus kami manfaatkan. Kami ibarat terpelesat tetapi jatuh di kasur, hehehe…
Naufal (N): Ya, tentu kami tetap juga mengantisipasi orang yang tahu keahlian monoponic lainnya. Untuk itu, kami juga memikirkan untuk membenahi website sehingga orang tahu kemampuan kami, selain motion graphic.
Apa yang kamu lakukan agar dapat terus menjadi pemain penting dalam industri desain, khususnya motion graphic?
R: Kami harus berkembang, caranya dengan terus mengasah bentuk lain dari motion graphic, misalnya saja stop motion, atau perpaduan video orang dengan sentuhan motion graphic. Misalnya, kami baru saja bantu klip video band The Changcuters yang menggunakan elemen motion graphic.
Motion graphic itu bisa jadi solusi teknis dan biaya. Contohnya saja, ketika syuting video secara keseluruhan mungkin ada kendala teknis, waktu, atau cuaca, maka motion graphic bisa membantu. Dengan begitu, justru mungkin bisa memberikan kesan baru dan unik, tanpa menghilangkan esensi pada videonya.
Apa prinsip kamu dalam menghasilkan motion graphic bermutu?
N: Harus berpikir komprehensif dan detail. Semua kemungkinan harus dipikirkan. Misalnya ketika cara si karakter berjalan, persendian tubuhnya akan menjadi vital sehingga gerakkan karakter itu bisa lebih baik.
Perpindahan scene juga harus sehalus mungkin sehingga tidak ‘patah’. Keluwesan karakter dan scene jadi perhatian besar, sehingga hasilnya bisa enak untuk ditonton.
R: Motion graphic itu bukan presentasi grafis dengan gerakan yang lebih banyak saja. Namun harus bisa menghadirkan sesuatu yang sesuai target audience, juga dengan cerita yang sesuai, walaupun tidak semua motion graphic harus disajikan dengan format storytelling.
Pemahaman atas disiplin ilmu dan kreatif para desainer di balik pembuatannya sangat penting; misalnya untuk standarisasi layout, atau penggunaan warna yang konsisten.
Dengan berpikir komprehensif sejak awal, termasuk berpikir dari sudut pandang multimedia, memudahkan kami untuk melakukan proses lanjutan pascavideo. Misalnya, saat karakter harus dibuat dalam format cetak, kami relatif sudah mudah untuk mengaplikasikannya.
Sumber: crafters.getcraft.com