Siapa yang pernah bermimpi bahwa karya kreatifnya suatu saat nanti bisa diterima oleh banyak orang? Semoga sampai saat ini masih banyak yang berpikiran begitu ketika berkarya. Percayalah, dengan mimpi besar dan proses yang tepat, di era serba media sosial ini ternyata hampir semua bisa dicapai. Apalagi, jika karyamu sudah matang dan siap turut andil dalam perkembangan industri kreatif di Indonesia.
Setidaknya begitulah yang terjadi pada Marchella FP. Namanya kini sudah amat dikenal, paling tidak di kalangan pencinta buku. Sekarang ini, tiap kali kita pergi ke toko-toko buku besar, kita hampir pasti disambut dengan buku berwarna biru navy dengan judul Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini di deretan Best Seller.
Setelah wawancara saya dengan Marchella beberapa waktu lalu, ia memang sempat bercerita bahwa ia sedang menggarap sebuah buku, lanjutan dari interaksi sosialnya lewat sebuah akun Instagram dengan nama akun yang sama persis dengan judul buku itu. Ia bilang, bahwa ia cukup menantikannya karena ini adalah sebuah project yang ia anggap amat personal, berbeda dengan karya sebelumnya, yaitu Generasi 90an (yang tadinya merupakan tugas akhir untuk kuliahnya).

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, buku dengan format bergambar ini jelas ditargetkan untuk pasar remaja hingga dewasa. Hampir semua yang telah mengikuti akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (disingkat: NKCTHI) ini bisa mengambil pelajaran karena kedekatannya dengan keseharian yang terjadi dalam hidup. “Slice of life”, begitu sebutan beberapa teman saya yang sangat menyukai karya Marchella FP ini. Kata-kata yang dirangkai Marchella, visual yang menarik, juga membuat buku ini dicetak ulang sebanyak 4 kali dalam rentang waktu satu bulan saja.
Marchella FP tidak berhenti di situ saja. Lewat lebih banyak interaksi, ia membuat sebuah playlist yang bisa diakses oleh para pembaca yang aktif di Spotify. Tujuannya? Untuk menikmati buku NKCTHI sembari mendengarkan lagu-lagu pilihannya. A perfect mix of excellent marketing, content and art.
Dengan amat banyaknya jumlah penggemar, kita bisa mengantisipasi soal meledaknya antusiasme dari para calon pembaca di minggu pertama buku ini keluar di toko buku besar. Untuk saya, ini adalah sebuah fenomena yang menarik. Marchella berhasil merangkul pembaca lewat interaksi di media sosial yang aktif serta visual yang baik.
Berikut wawancara saya dengan Marchella FP, bicara tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.
Dari awal konsepmu, apakah NKCTHI memang bertujuan untuk dibuat sebuah flash fiction?
Hmm… aku malahan mau bikin graphic book, semacam buku anak untuk dewasa. Tapi kalau disebut flash fiction, mungkin bisa juga.
Apa sih awalnya yang menginspirasi kamu untuk membuat NKCTHI ini?
Kalau tulisan ini sudah dimulai di akhir 2016, awalnya enggak kepikiran secepat ini dirilis bahkan untuk jadi buku aja belum kebayang.
Karena ada beberapa kekhawatiran, salah satunya, konten ini terlalu serius dan berlawanan dari karyaku sebelumnya.
Tapi waktu itu lagi burn out dan kangen bikin karya personal, di luar semua deadline dan kerjaan rutin lainnya.
Akhirnya beraniin diri buat tunjukin naskah ini ke beberapa orang dan ambil cuti untuk eksekusi naskah ini.
Secara konsep, yang menginspirasi tema ini… takut lupa rasanya muda, jadi aku tulis untuk pengingat diri sendiri. Kita kan enggak pernah tau, akan ada perubahan dan masalah apa yang dihadapin di masa depan. Jadi, emang suka dicatat di notes HP kalau ada pelajaran yang ditemuin di rutinitas.
Dari semua masukan yang sudah datang dari awal buku ini dicetak atau bahkan diproses, kritik/masukan apa yang paling menarik untukmu mengembangkan diri di karya selanjutnya?
Karya ini sengaja dibuat, karena waktu itu lagi jenuh bikin karya selalu ada tanggung jawab untuk ekpektasi orang lain (audience, client, KPI, dll) dan itu selalu jadi beban karena aku harus bikin sesuatu ide yang lebih bagus, lebih laku, lebih lainnya supaya semua pihak senang.
Jadi ini karya pelarian, di NKCTHI aku cuma pingin berkarya aja senyaman dan sejujur aku.
Jadi beberapa masukan teknis, kayak ada yang typo atau font-nya kurang jelas dan lainnya yang mengganggu kenyamanan baca aku perbaikin.
Di luar itu, khusus untuk karya personal ini, aku mau tetap berusaha jujur dan berkarya berkembang natural sesuai diri aku. Jadi berkarya tanpa perlu usaha untuk jadi siapa pun atau penuhin kebahagiaan siapapun.

NKCTHI ini lebih personal, rasa yang aku sederhanakan jadi kalimat. Bikin orang punya interpretasi berbeda setiap halamannya.
Dengan interaksi di media sosial, kamu seperti mengulang formula pengerjaan buku Generasi 90an (membuat akun Twitter anonymous, untuk NKCTHI, sebuah akun Instagram). Seberapa penting sih media sosial untuk seorang kreator?
Iya, polanya bisa dibilang mirip. Aku nyaman berkarya sambil berinteraksi dengan calon pembacaku. Jaman sekarang dengan mudah kita bisa berinteraksi dengan banyak orang lewat sosial media. Aku belajar lagi, untuk berpikir terbuka tentang banyak sudut pandang dari banyak orang.
Karya ini sangat personal buatku, tapi sebisa mungkin ini bukan jadi karya egois. Aku gak mau buat sesuatu dengan pemikiran “karena menurut gw bener, lo semua salah”, untuk memastikan itu aku perlu lebih kenal, dengar dan diskusi.
Melihat industri buku sekarang ini, buku bergambar untuk orang dewasa semakin populer setiap harinya. Apa kamu melihat fenomena ini sebagai peluang di awalnya?
Dulu, zaman aku kuliah, sulit temuin buku Indonesia dengan grafis yang sesuai seleraku. Hampir enggak ada malahan. Buku bergambar–komik atau buku anak.
Jadi, aku dan teman-teman perlu minjem dan beli buku luar untuk referensi jaman kuliah.
Karena itu awal generasi 90an aku mikir, yah, seenggaknya anak-anak DKV bisa nikmatin buku ini, buat referensi mereka tanpa perlu beli buku di atas 500 ribu rupiah.

“Arsip” rasanya selalu menjadi ketertarikan besar kamu sebagai kreator/penulis. Kali ini, bukumu terasa lebih personal dan tidak se-general buku Generasi 90an. Namun, jika bicara soal sesuatu yang personal, artinya mungkin tidak semua orang bisa relate atau menikmati sebuah sudut pandang. Apa ini sudah kamu perkirakan? Boleh diceritakan pendapatmu soal ini?
Pasti sih, Generasi 90an aja yang aku pikir bisa bahagiain semua orang, tetep enggak bisa.
Akhirnya aku belajar untuk milih siapa yang mau dibahagiain lewat karyaku,
NKCTHI ini lebih personal, rasa yang aku sederhanakan jadi kalimat. Bikin orang punya interpretasi berbeda setiap halamannya.
Tapi karena aku enggak ada niat nyinggung atau nyakitin siapapun lewat karya ini, jadi perbedaan aku anggap menjadi pewarna untuk diskusi sehat, sih.
Perbedaan itu kan seru, kita cuma perlu sama-sama belajar untuk agree to disagree sih.
Misi terbesarmu dalam NKCTHI ini apa sih?
Manusia jadi manusia aja.
Harapanmu untuk para pembaca NKCTHI?
Setelah proses riset, akhirnya aku kenal dan berkembang harapanku bareng pembaca.
Aku berharap NKCTHI bisa jadi teman dan nyebarin energi baik buat lebih banyak orang.
Sebagai program yang rasanya masih terus berjalan (interaksi dan karya yang masih terus bertambah dalam akunnya), apakah nantinya NKCTHI ini akan terus berjalan? Atau kemungkinan menjadikan buku ini sekuel?
Aku sebenernya sudah mempersiapkan 3 judul lagi, tapi yang 2 lagi belum tau kapan waktu yang tepat rilisnya. Semuanya ada benang merah yang sama.
Lewat Instagram-mu, kamu secara tidak langsung mengumumkan bahwa kamu sedang menggarap project-mu yang selanjutnya yang bernama “Kamu Terlalu Banyak Bercanda” atau @bukuke4. Boleh dapet kisi-kisinya dikit atau bocorannya sedikit?
Ini prequel-nya NKCTHI, yah, kurang lebih mood-nya akan berlawanan dari NKCTHI.

Sumber: crafters.getcraft.com