Jordan Marzuki: Seniman Inkonsisten, Menjadi Ilustrator, Sutradara, sampai Bisnis Clothing Line. Kok Bisa?

on

|

views

and

comments

Konsisten untuk tidak konsisten. Merasa aneh dengan kalimat itu? Bagi Jordan Marzuki, tidak demikian. Ia kerap menelurkan karya yang tidak konsisten dalam berbagai bentuk, sampai ada banyak julukan bisa disematkan padanya.

Ia pernah dikenal sebagai figur di balik clothing line The Balletcats; lalu dalam kesempatan lain, ia juga disebut ilustrator. Belakangan, ia lekat dengan julukan sutradara. Karya film pendek seperti The Withering Jubilance dan Ini Jakarta, ia hasilkan. Bahkan, saat berbincang dengan The Crafters, ia menyebut tengah bergumul dengan produksi video musik grup band Scaller dan Elephant Kind.

Jordan sendiri tidak menolak jika disebut tidak konsisten. Ia bahkan mengakui hal itu. Menurutnya, inkonsistensi-nya tetap punya benang merah, yang mungkin samar terlihat oleh kebanyakan orang.

Saat ini Anda sedang dikenal lewat karya film pendek, setelah sebelumnya lebih dikenal sebagai desainer dan ilustrator. Apa yang membuat Anda tertarik terjun ke dunia film?

Saya masih tetap mengerjakan desain dan ilustrasi, dan kebetulan film juga salah satu bentuk komunikasi visual. Tadinya film, buat saya, hanya untuk hobi; dan biasanya juga tanpa narasi. Baru benar-benar belakangan ini saya mencoba mengeksplorasi script dan cerita.

Makin sering dibilang inkonsisten dong?

Hahaha, mungkin. Karena saya memang suka melompat-lompat dalam bekerja. Jadi, tidak menutup kemungkinan, di masa depan saya malah ke performance art.

Kenapa inkonsistensi itu seperti Anda tempatkan sebagai nilai tambah, ketimbang kekurangan?

Karena, dari semua yang saya garap, ada benang merahnya. Mungkin, memang tidak terlihat secara langsung. Tapi dari film, ilustrasi, buku, sampai gaya desain, kalau benar-benar diamati dengan teliti, ada kok kesamaannya.

jordan marzuki 6
Potret salah satu koleksi The Balletcats garapan Jordan Marzuki.

Tapi, Anda sendiri lebih suka dianggap sebagai apa? Desainer, ilustrator, sutradara?

Seperti tadi saya bilang, semua ada di ranah komunikasi visual; dan konsep itu memang mencakup cara saya berpikir untuk mengeksekusi suatu ide atau pemikiran; melalui media yang saya suka atau kuasai.

Saya sendiri memang nerd, dari kecil. Sejak itu, saya suka menggambar di kertas, sampai membuat film berbasis 3D software untuk anak-anak. Jadi mungkin, saya lebih senang menganggap diri saya sebagai visual communication designer.

Apa idealisme yang Anda anggap miliki?

Saya selalu bekerja semaksimal mungkin, walaupun tidak diperhatikan, atau bahkan tidak menghasilkan apa-apa. Karena, pada akhirnya, semua yang saya kerjakan adalah untuk memenuhi ego dan kepuasan saya sendiri. Saya juga tidak mau punya produk yang tidak saya banggakan nantinya.

Ini Jakarta

Bagaimana dengan The Balletcats? Apa yang Anda lakukan untuk bisa bersaing di tengah kompetisi industri fashion yang kini makin ketat?

Keep it slow, tapi jalan. Mencoba untuk tidak peduli dengan tren mungkin tidak baik, tapi juga tidak jelek. Yang jelas, saya tidak mau ada tekanan dalam menjalankan brand ini.

Seperti halnya bekerja, dalam menghasilkan sesuatu kan perlu proses panjang dan modal yang tidak sedikit. Jadi, untuk meraihnya saya tidak mau memaksakan brand awareness, yang mesti pakai influencer atau promosi segencar-gencarnya. Saya punya keyakinan, jika konten brand saya relevan, things will be alright.

Jika konten saya relevan, things will be alright.

Mungkin, sama dengan soal teknologi. Meski pada umumnya membantu, tapi juga tidak sedikit tantangan muncul di tengah dinamikanya. Menurut Anda, apa yang mesti diantisipasi para seniman visual, serta bagaimana sebaiknya menyikapi hal ini?

Pertama, para desainer dan ilustrator pasti punya cara mereka masing-masing untuk beradaptasi dengan climate ini. Dan dari berbagai platform yang ada saat ini, saya pikir semua punya fungsi khas, dan menjawab kebutuhan penggunanya dengan cara unik. Jadi yang mesti dilakukan, mungkin, optimalkan kegunaannya untuk menunjukkan karya. Selain itu, presentasi itu sangat penting.

Jika harus menyebutkan salah satu karya, yang Anda anggap terbaik, apakah itu?

Project buku anak-anak berjudul Into the Unknown yang prosesnya lumayan panjang dan makan waktu; namun produk akhirnya sangat worth the effort. Hanya saja, buku itu sangat sulit dipasarkan. Bahkan sampai sekarang, masih mencari cara untuk menjual produk ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: crafters.getcraft.com

Share this
Tags

Must-read

Mantaflow Creating Fire

Menciptakan efek api? Mudah dengan Mantaflow! https://www.youtube.com/watch?v=lR9vjaYzeYQ
spot_img

Recent articles

More like this