Tidak Perlu Membanding-bandingkan Karya Seni! Bukti Nyata Sukses Éloïse Marseille

on

|

views

and

comments

Éloïse Marseille atau yang juga akrab disapa Elo ialah seniman visual dari Montreal. Karya-karyanya meliputi ilustrasi, komik, dan lukisan. Elo juga tengah mempelajari teknik dasar rajah tubuh (tattoo) dan bercita-cita menjadi seniman tattoo suatu hari nanti.

Elo sudah jatuh hati dengan komik dan cerita bergambar sejak usia kanak-kanak. Setelah mengenyam pendidikan sinema dan multimedia, ia bulat memutuskan untuk terjun menjadi seniman visual penuh waktu.

Crafters berbincang-bincang dengan Elo perihal proses kreatifnya, sumber inspirasinya dalam berkarya, serta kiat-kiatnya dalam menghadapi fase pandemi yang penuh ketidakpastian ini. Berikut obrolan kami.

Karya-karya Elo bisa dilihat di laman instagramnya, @eloisemarseille

Bisa diceritakan seperti apa gaya ilustrasimu? Apa yang membuatmu sampai kepada gaya khas-mu? Apakah gayamu sempat mengalami perubahan?

Menurutku, gaya ilustrasiku sarat dengan nuansa kartun yang seolah “hidup”. Aku sudah melukis sedari aku bisa memegang pulpen, dan sejujurnya aku sudah melewati sejumlah rangkaian gaya menggambar. Aku pernah mencoba potret realis, hitam putih (B/W) modern, bahkan gaya manga (komik Jepang) untuk beberapa waktu. Kupikir, gaya visualku terbentuk dari fusi akan ketiga hal tersebut. Aku mengambil elemen-elemen yang kusuka untuk tiap gaya yang pernah kupelajari.

Apakah karyamu mengalami perubahan dalam situasi pandemi global ini?

Fase ini sangat menyeramkan bagi para seniman. Untungnya, kami masih memiliki akses internet dan BANYAK orang yang menghabiskan uangnya secara online lantaran merasa bosan. Sejujurnya ini berita baik. Untuk bertahan dari situasi ini, aku ingin fokus ke kerja-kerja komisi dan mulai menjual karyaku secara online. Aku belum terbiasa dengan model bisnis seperti ini. Awalnya cukup merasa terintimidasi, tapi keadaan menuntutku untuk harus segera beradaptasi.

Apa karya buatanmu yang paling kamu suka?

Wah susah ya… Aku seringkali berada di tengah-tengah, antara cinta dan benci terhadap karyaku sendiri. Setiap seniman pasti mengerti perasaan ini. Tapi barangkali, karya favoritku adalah komik yang agak konyol. Aku membuatnya beberapa tahun lalu, dan kupikir, hingga sekarang, komik itu masih terhitung sebagai salah satu lelucon terbaikku. Konyol banget, girly, dan melibatkan orgasme.

Siapa seniman visual/ilustrator yang menjadi inspirasimu?

Banyak banget sejujurnya. Tapi inspirasi utamaku saat ini ialah Sonia Lazo (@sonialazo), Sophie Bédard (@tchouff), Frances Cannon (@frances_cannon), dan Fran Meneses (@frannerd). Para perempuan ini sungguh luar biasa dan aku sangat-sangat mengidolakan karya mereka. Masing-masing punya kekhasannya sendiri dan punya cara penyajian yang menyentuh. Kamu harus lihat sendiri!

Apa saranmu untuk teman-teman seniman visual yang baru saja mulai terjun ke dunia ini?

Saran terbaik dan terberat dariku adalah: JANGAN PERNAH MEMBANDINGKAN DIRI KALIAN DENGAN ORANG LAIN. Ini mungkin salah satu hal terburuk yang bisa kamu lakukan sebagai seorang seniman. Sikap ini tak ubahnya membuatmu merasa inferior dan selalu merasa kurang sebagai seniman (aku sendiri seringkali membandingkan diriku dengan perempuan-perempuan yang kusebut tadi). Perjalanan setiap seniman pastinya berbeda, gaya dan ciri khas masing-masingnya juga berbeda, dan semuanya sah-sah saja. Yang paling penting adalah tetap berkarya secara intens; jangan pernah merasa kurang dengan karyamu sendiri. Jangan pernah membandingkan dirimu dengan orang lain.

Apa kamu punya tips dalam menghadapi creative blocks?

Jalan-jalan, hisap baba, mandi yang lama, masturbasi, makan yang enak, gambar hal yang sama lagi dan lagi berulang kali, minum air putih, tidur, keluar rumah lagi, coba medium baru, tiru gaya orang lain, macam-macam.

Apa yang menjadi inspirasi ceritamu dalam membuat ilustrasi?

Hampir semua komikku adalah cerita-cerita pribadi yang menyangkut kehidupan orang-orang terdekatku. Contohnya, aku membuat rangkaian komik tentang pacarku dan relasi kami. Secara umum, aku senang bercerita dari perspektif perempuan, seksualitas, perasaan insecure, serta hal-hal kecil yang rasanya tidak adil di mataku. Membuat komik menjadi semacam katarsis untukku. Seolah-olah aku membuatnya untuk konsumsi publik, tapi sesungguhnya, aku membuatnya untuk diriku sendiri. Untuk menjaga diriku agar tetap waras dan memijak bumi.

Apa alat-alat (tools) andalanmu dalam berkarya?

Aku baru menemukan digital art tahun lalu dan itu benar-benar mengubah hidupku. Sebelumnya aku takut setengah mati dengan [penggunaan] warna, dan aku sangat terbantu dengan iPad dalam proses eksperimentasi dengan warna tanpa perlu merasa takut salah karena toh bisa di-undo! Penglihatanku juga buruk (ironis ya?) dan berkarya secara digital membantuku untuk melihat karyaku dengan lebih seksama. Namun begitu, alat favoritku sampai saat ini masih tinta India dan nib pens. Dua alat ini kerap dipakai oleh banyak seniman komik. Dan menurutku, kualitas yang dihasilkan luar biasa. Gambarmu bisa terasa lebih hidup.

Apa yang membuatmu memutuskan untuk mempublikasikan karyamu secara online?

Aku baru saja memulai program Studio Arts di University of Concordia, Montreal, dan aku memutuskan untuk mengunggah gambar watercolor beserta karya-karya sulamanku. Awalnya aku berniat menjadikan Instagramku sebagai platform khusus bagi karya-karya sulamanku, agar aku bisa berjualan dengan lebih mudah. Tapi pelan-pelan kontennya berganti jadi ilustrasi, kemudian aku mulai membuat komik lagi (aku sempat berhenti membuat komik setelah SMU) dan aku jatuh cinta lagi dengan komik.

Bagaimana kamu mendapatkan klien di masa pandemi?

Aku cukup beruntung memiliki banyak pengikut Instagram, yang rata-rata menjadi klienku juga. Seperti yang kukatakan sebelumnya: semua pendapatanku sekarang berasal dari kerja komisi. Aku baru menyelesaikan studi beberapa minggu lalu (yay!) dan rencanaku saat ini adalah berjualan stiker, zine, dan lain-lain (sesungguhnya aku ingin sekali bikin bantal waifu, karena sepertinya lucu).

Bagaimana caramu menghadapi klien yang membatalkan proyek mereka denganmu?

Pastinya kecewa. Tapi ya, aku tinggal lanjut ke proyek yang lain saja. Ada banyak banget yang pingin aku buat. Ada banyak orang dan klien yang aku inginkan untuk kerja bareng. Aku tidak takut!

Kalau kamu tidak berprofesi sebagai ilustrator, kira-kira kamu akan jadi apa?

Aku jadi sedih…

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: crafters.getcraft.com

Share this
Tags

Must-read

Mantaflow Creating Fire

Menciptakan efek api? Mudah dengan Mantaflow! https://www.youtube.com/watch?v=lR9vjaYzeYQ
spot_img

Recent articles

More like this