Bagi para desainer, salah satu hal yang banyak diimpikan adalah bisa membangun studio desain mereka sendiri. Membangun studio sendiri memang bukan hal yang mudah, apalagi instan.
The Crafters berhasil mewawancarai salah satu pendiri studio desain ternama di Indonesia, Fandy Susanto dari Table Six. Setelah menjadi salah satu pembicara di Indonesia Creative Meetup Vol. 2 (Design Thinking: Idealism or Business) yang diadakan GetCRAFT pada bulan Maret lalu, The Crafters mengunjungi studio Table Six yang berlokasi di Kemang Timur. Delapan tahun berkecimpung dan berkarya dalam bidang desain, rasa-rasanya Fandy sudah membeberkan beberapa poin dan topik penting yang harus dipikirkan sebelum Anda membangun studio desain sendiri dari nol:
Pikirkan dengan matang dan penuh persiapan
“Satu hal yang saya sesali adalah memulai semuanya dengan terburu-buru. Seharusnya saya dapat membekali diri saya lebih lagi dengan cara bekerja di dunia profesional dalam waktu yang lebih lama,” ungkap Fandy.
Yang pertama, menurutnya, membangun sebuah studio desain adalah hal yang harus dipikirkan matang-matang dan penuh persiapan.
Pikirkan berkali-kali dengan cara mengerucutkan konsep-konsep yang ada di kepala Anda. Tulis semua ide dan jabarkan secara lengkap. Breakdown ulang semuanya berkali-kali agar Anda dan tim paham betul dengan branding yang akan dibawa oleh studio Anda ke depannya.
“Tahun 2010, studio kami masih berupa freelance studio. Kami pelan-pelan membangun dan mematangkan lagi setiap konsep yang sudah kami rancang sebelumnya. Akhirnya, pada tahun 2012, kami sanggup mempekerjakan tim kecil kami yang hingga sekarang, tahun 2018, masih bertahan.”
Lakukan riset mendalam
Fandy percaya bahwa belajar dan bertukar pendapat dengan orang-orang yang mempunyai passion yang sama dapat sangat membantu pembangunan studio desain. Hal-hal yang dilakukan dapat berupa brainstorming dengan orang lain dalam bidang yang sama atau Anda dapat melakukan riset mendalam sendiri. Langkah ini sangat dibutuhkan karena untuk membangun desain studio yang akan berjalan secara bisnis dan idealisme yang matang, dibutuhkan banyak riset dan pembelajaran dalam bidang tersebut.

Perkembangan studio
Ketika bicara soal perkembangan (growth), Fandy menegaskan bahwa itu berhubungan dengan segi bisnis dan konsistensi desain. “Konsistensi ‘desain’ itulah yang kita pegang erat-erat. Kami berusaha keras dengan membuat studio kami hanya berbasis desain—tidak lebih. Hal itu yang akan menentukan tolak ukur yang saya junjung hingga saat ini.” Tolak ukur yang Fandy tekankan adalah portofolio desain yang terbaik. Salah satu caranya adalah dengan mempertajam visi setiap waktu agar lebih baik, sehingga Fandy dapat mendistribusikan pekerjaan desain kepada para desainernya untuk membuat mereka menghasilkan hasil desain terbaik.
Pasar yang dituju
Pertanyaan yang dilontarkan selanjutnya adalah “Apakah Anda percaya dengan niche market?” Menurutnya, niche market definisinya hanyalah sebuah ukuran kecil. Contohnya, pasar niche yang kita bicarakan di sini mungkin saja besar di Jepang. “Disebut sebagai niche market karena kita stay di posisi tersebut, dan saya pikir itu tidak baik. Karena seharusnya pasarnya itu besar, kan.” Namun, lebih lanjutnya Fandy menjelaskan bahwa tidak seharusnya juga sebuah studio desain mengesampingkan identitasnya untuk pasar yang besar/komersial. “Sebuah studio dengan identitas desain yang kuat seharusnya dapat mengedukasi dan mengarahkan klien-klien ke arah konsep studio yang sudah Anda tentukan sebelumnya,” tutur Fandy.
Tidak seharusnya sebuah studio desain mengesampingkan identitasnya untuk pasar yang besar/komersial.
Idealisme
Yang terakhir dan yang paling penting adalah menjaga jati diri dan idealisme Anda sebagai desainer. Fandy menegaskan bahwa menjaga pendirian desain Anda perlu diterapkan sejak awal. “Kita harus konsisten untuk menjaganya. Karena jika kita bicara passion di desain, artinya kita bicara desain yang terbaik. Bukan hanya pemikiran soal bisnis dan biaya project yang berhubungan di dalamnya.” Sebagai desainer, Fandy condong dengan pemikiran idealisme yang kuat, terbukti dari karya-karyanya yang konsisten dan prestasi yang pernah diraih olehnya dan Table Six.
“Design is my religion,” adalah kalimat yang terus ditegaskan oleh Fandy saat wawancaranya dengan The Crafters. Menurutnya, Table Six sebagai desain studio adalah sebuah perkumpulan yang mempunyai hati terhadap desain seutuhnya.
Landasannya, menurut Fandy, sebuah studio desain harus memahami arti “design thinking”,yang artinya adalah cara berpikir mendesain untuk manusia. “Desainer harus memikirkan kegunaan desainnya untuk manusia. Dari manusia, untuk manusia, seharusnya desain memang begitu. Design is supposed to be about humanism,” ujarnya menutup wawancara.
Sumber: crafters.getcraft.com