Perlu Anda ketahui bahwa keterangan MTF bisa sangat berguna untuk mengetahui bagaimana menafsirkan data yang tersedia pada lensa, meneliti lensa, membandingkan lensa tersebut dengan yang lainnya, atau mengevaluasi kinerja sebuah lensa sebelum Anda membuat keputusan untuk membelinya. Mungkin, pada awalnya grafik MTF atau secara resmi disebut “MTF chart” terlihat sangat rumit, tapi setelah Anda memahami dasar-dasar membacanya, Anda akan mudah menilai data dan menarik kesimpulan penting ketika hendak membeli sebuah lensa.
Sebenarnya dalam pembahasan “MTF Chart” ini sama saja kita membahas tentang lensa kamera. Dan topik ini lumayan panjang, semoga saja Anda tidak bosan menyimak pembahasan kali ini sampai selesai.
1. Kontras Dan Resolusi
Sebelum kita berbicara jauh tentang MTF, merupakan ide yang baik untuk menyertakan 2 istilah yang familiar ke dalam topik ini yaitu “kontras” dan “resolusi“, karena kedua istilah tersebut tidak terlepas dari pembahasan fotografi secara luas.
Bagi kebanyakan fotografer, istilah “kontras” dikaitkan dengan menu slider (geser kanan-kiri untuk menaikkan / menurunkan kontras) di Photoshop atau Lightroom yang digunakan untuk meningkatkan kontras secara global pada gambar. Sedangkan “resolusi”, di sisi lain sering dikaitkan dengan sensor dan resolusi gambar dalam satuan pixel (seperti 800 x 600). Kedua istilah tersebut mungkin tidak saling berhubungan, namun untuk pembahasan mengenai “optik lensa” maka keduanya benar-benar berkaitan tapi dalam “persepsi yang berbeda”. Jadi, di sini kita bukannya membahas arti kontras dan resolusi di atas, tapi dalam arti yang lain yang berkaitan dengan optik.
Dalam dunia optik, resolusi singkatnya adalah jumlah detail halus yang mampu ditransmisikan oleh lensa, yang juga dikenal sebagai “kontras mikro”. Sedangkan kontras singkatnya adalah kemampuan lensa untuk membedakan antara intensitas cahaya yang berbeda (misalnya kulit hitam dan putih). Ketika tingkat kontras turun secara signifikan, garis-garis hitam dan putih akhirnya menyatu menjadi abu-abu sehingga sulit untuk dibedakan. Sebagai contoh lihat gambar ilustrasi di bawah ini:
Pada gambar pertama di sebelah kiri, tentu dengan mudah kita bisa membedakan antara yang hitam dengan yang putih. Tapi untuk gambar kedua sebelah kanan, area hitam dan putih sudah berbaur menjadi satu di warna abu-abu. Di atas cuma contoh ilustrasi yang mana Anda masih bisa dengan mudah membedakan antara yang hitam dan yang putih sekalipun telah berbaur di contoh gambar kedua. Namun jika pada kasus yang sebenarnya tentu berbeda dengan contoh di atas, yang mana Anda akan sangat sulit membedakan detail yang hitam dan putih pada hasil gambar yang terjadi penurunan kontras secara signifikan.
Sebuah lensa yang baik harus mampu memecahkan cukup detail, sementara itu tetap memiliki kontras dengan jumlah yang wajar untuk membedakan antara rincian. Kontras dan resolusi sama pentingnya dan harus “seimbang”. Ketika kontras meninggi maka resolusi harus tinggi dan begitupula sebaliknya. Berikut ini 3 contoh kasus nyata untuk gambar yang kontras dan resolusinya tidak seimbang:
Gambar pertama di sebelah kiri menunjukkan keadaan kontras yang sangat rendah (mungkin ini contoh yang agak berlebihan untuk sebuah ilustrasi), sementara resolusi masih relatif tinggi. Anda dapat melihat beberapa detail bulu pada anak dan induk ayam, tetapi karena kurangnya kontras mengakibatkan banyak warna dan nuansa dalam gambar sulit dibedakan. Kesimpulannya, lensa memberikan resolusi yang cukup namun tidak memberikan kontras yang cukup. Adapun gambar kedua di tengah memiliki kontras yang tinggi namun kurangnya resolusi membuat gambar tampak kabur dan kehilangan banyak ketajaman detail (bukan ketajaman warna). Sedangkan gambar ketiga sebelah kanan memiliki kadar kontras dan resolusi yang sama-sama tinggi, sehingga gambar tersebut terlihat paling tajam dan paling rinci dari dua gambar lainnya.
Ingat! Ketika Anda menjelaskan kondisi gambar terakhir di atas maka jangan pernah mengatakan “ini contoh foto yang memiliki resolusi tinggi“, itu kalimat teknis yang keliru, maka yang benar adalah “ini contoh foto yang tajam“. Dan perlu saya luruskan bahwa “ketajaman” yang saya maksud dalam pembahasan ini bukan ketajaman warna, tapi ketajaman detail. Banyak yang keliru dengan istilah ketajaman. Jika Anda menggunakan Photoshop maka Anda akan mendapati menu ketajaman dengan nama “Sharpness“, itulah bagian ketajaman yang saya maksud di sini.
2. Ketajaman (Sharpness): Resolusi dan Acutance
Acutance bukan kosakata sehingga Anda tidak akan menemukan artinya di kamus Bhs. Inggris. Ia adalah istilah dalam fotografi yang berkaitan dengan ketajaman. Baik, mari kita lanjut!!
Ketajaman atau sharpness terdiri dari dua bagian yaitu resolusi dan acutance. Ingat! Sekali lagi saya katakan ini bukan resolusi ukuran. Seperti yang didefinisikan sebelumnya, resolusi adalah jumlah detail halus yang mampu ditransmisikan oleh lensa. Dan seperti contoh gambar ayam terakhir di atas, yang semua terlihat baik-baik saja mulai dari bulu sampai beberapa rincian lainnya pada induk dan anak ayam yang dapat diselesaikan dengan baik oleh lensa, lalu kemudian ditransmisikan ke sensor kamera.
Di sisi lain, peran fungsi acutance di sini bukan tentang menyelesaikan rincian yang halus, melainkan tentang “transisi antara tepi (edge)” dalam sebuah gambar. Acutance dapat sangat meningkat oleh sejumlah faktor, seperti pengaruh penerapan “ketajaman (sharpening)” yang dilakukan dari dalam kamera, atau juga karena penerapan ketajaman saat mengedit foto (post-process). Kesimpulannya, ketika ketajaman dinaikkan dengan sengaja saat pengolahan (pengeditan) gambar maka acutance ikut naik.
Resolusi tidak dapat diubah jika memang pada dasarnya lensa yang digunakan tidak mampu menyelesaikan rincian halus, dan detail-detail yang tidak tertangkap oleh lensa tidak akan dapat ditambahkan lagi setelah pengambilan gambar. Jadi, jika memang dari awalnya detail gambar itu adalah lembut (soft) dan tidak benar-benar tajam, maka Anda tidak dapat menambahkan lagi rincian yang hilang, sekalipun dengan melakukan sharpening di Photoshop. Untuk membuktikan teori itu maka mari sama-sama kita analisa contoh foto di bawah ini:
Pada gambar crop pertama posisi atas menunjukkan acutance yang rendah namun resolusinya tinggi. Artinya lensa hanya mampu menyelesaikan banyak detail tapi transisi antara tepi kurang, sehingga Anda bisa melihatnya sendiri pada kulit wajah subjek sedikit lembut dan hampir kehilangan tekstur.
Gambar crop kedua di tengah kekurangan resolusi tapi memiliki acutance yang tinggi, dan karena jumlah sharpness yang berlebihan maka membuat detail-detail pada wajah jadi “membengkak”. Meskipun demikian, tetap saja tidak semua rincian pada wajah dapat dipulihkan kembali sekalipun dengan menerapkan sharpness buatan, dan malah menyebabkan bagian-bagian yang dari awal sudah tajam menjadi over ketajaman dan membengkak.
Gambar crop yang terakhir memiliki jumlah acutance dan resolusi yang sama-sama tinggi, dan membuat kita melihatnya sebagai yang paling tajam dan paling rinci dari 2 gambar lainnya. Contoh di atas menunjukkan bahwa persepsi kita tentang ketajaman sangat tergantung pada resolusi dan acutance.
Sekarang Anda sudah memahami bahwa betapa pentingnya kontras, resolusi dan acutance dalam menghasilkan gambar yang tajam. Okey, setelah memahami semua materi dasar, selanjutnya mari kita kembali ke pokok pembahasan yaitu MTF Chart.
3. Apa Itu MTF Chart (Grafik MTF)
Setelah dipraktekkan secara langsung maka orang-orang mengambil kesimpulan bahwa ketajaman itu adalah subjektif. Sehingga mustahil untuk menentukan kinerja sebuah lensa hanya dengan melihat rincian dari gambar yang dihasilkan menggunakan lensa tersebut. Ditambah lagi banyak variabel yang mempengaruhi persepsi kita tetang ketajaman. Oleh karena itu, produsen memberikan metode objektif untuk mengukur kinerja sebuah lensa di lingkungan laboratorium yang terkendali, melalui simulasi menggunakan komputer dan tanpa bergantung pada persepsi manusia. Nah, metode tersebut menjadi parameter yang diterima secara umum untuk kinerja sebuah lensa yang disebut sebagai “Modulation Transfer Function” yang disingkat (MTF).
Karena tidak ada lensa yang sempurna dalam melakukan transmisi cahaya, oleh sebab itu MTF bisa sangat berguna dalam mengukur hilangnya kontras dan resolusi. Acutance tidak berlaku di sini, karena kita tidak berbicara tentang ketajaman (sharpness), melainkan lebih fokus pada pembahasan kemampuan sebuah lensa untuk menyelesaikan sejumlah detail yang tinggi dengan kontras maksimum.
#Di mana saya bisa melihat grafik MTF?
Kebanyakan grafik MTF yang Anda lihat saat ini dibuat melalui komputer dengan perangkat lunak khusus yang mengukur atau mensimulasikan kinerja lensa dan output hasil. Adapun salah satu software yang bisa Anda gunakan untuk mengukur kinerja lensa adalah Imatest.
#Apa saja keuntungan mengetahui grafik MTF?
Salah satu keuntungan dari MTF adalah mampu memberikan banyak informasi yang berguna dalam grafik tunggal. MTF chart berpotensi dapat memberikan beberapa data seperti berikut:
- Resolusi lensa (dari pusat ke sudut paling ekstrim)
- Kontras lensa (dari pusat ke sudut paling ekstrim)
- Astigmatism dan penyimpangan Chromatic jenis Lateral
- Bidang pandang yang lengkung (Field Curvature)
- Pergeseran fokus lensa (Focus Shift)
Data dari MTF dapat mengungkapkan sedikit banyaknya informasi tentang kinerja lensa secara keseluruhan. Dan data yang sama dapat digunakan untuk membandingkan resolusi dan kontras antara lensa yang berbeda sekalipun dari produsen yang sama. Namun, data MTF tidak dapat dibandingkan antara merek yang berbeda dan ada beberapa data optik lainnya yang tidak dapat ditampilkan oleh MTF chart seperti:
- Distorsi lensa
- Penyimpangan Chromatic jenis Longitudinal
- Reproduksi warna
- Masalah Vignetting
- Masalah Lens Flare
Oleh karena itu, disamping grafik MTF dapat berguna untuk mengevaluasi beberapa data, namun tidak bisa juga memberikan gambaran lengkap tentang kinerja dari sebuah optik lensa. Kebanyakan produsen hanya sampai pada kesimpulan bahwa data MTF memberikan cukup-kurangnya mengenai informasi di atas.
Penting untuk dicatat bahwa tidak seluruh rentang focal length pada lensa zoom memiliki data MTF, melainkan hanya pada focal length terpendek dan terpanjangnya saja. Misalkan pada lensa 70-200mm, produsen hanya akan menyediakan data MTF untuk focal terpendek (70mm) dan terpanjang (200mm), tapi untuk rentang focal di antara kedua focal length tersebut (80-190mm) produsen tidak menyediakan data MTF. Itulah salah satu alasan mengapa kita (dan banyak situs lainnya) lebih fokus pada masalah optik di atas dan mengalami kekurangan data saat melakuan review lensa.
4. Pengukuran MTF
Sekarang mari kita bicara tentang proses yang sebenarnya dari pengukuran data MTF. Kinerja lensa dapat sangat bervariasi mulai dari pusat sampai ke sudut paling ekstrim. Kebanyakan lensa dioptimalkan untuk melakukan pekerjaan yang sangat baik “ketika di pusat”, tetapi mulai berantakan untuk masalah ketajaman ketika menuju sudut. Hanya lensa dengan desain optik “ajaib” yang bisa sangat kuat di seluruh frame gambar, tetapi lensa seperti itu “musatahil”, bahkan beberapa lensa yang terbaik dan paling mahal untuk kelas profesional masih saja memiliki berbagai masalah optik.
Oleh sebab itu, bila mengambil bagian tertentu dari sebuah gambar untuk menilai “ketajaman” akan sangat membatasi kita dalam mengambil sebuah kesimpulan, yang mengapa data MTF terdiri dari beberapa poin yang diukur: dari tengah frame ke sudut ekstrim. Berikut adalah gambar yang disediakan oleh Nikon yang menunjukkan setiap titik di mana kinerja lensa dievaluasi:
Gambar di atas merupakan contoh kasus untuk sensor 24x36mm (film / full-frame). Anda bisa melihat ada beberapa titik-titik merah yang dianalisis, yang berada pada posisi tertentu dari pusat bingkai gambar. Pengukuran dimulai dari pusat frame yaitu dari titik 5mm, 10mm, 15mm dan 20mm. Jika pada sensor jenis APS-C, Nikon mengambil pengukuran pada interval yang sedikit berbeda yaitu 3mm, 6mm, 9mm dan 12mm. Itu dikarenakan ukuran sensor APS-C jauh lebih kecil dari full-frame (Baca di sini perbedaan antara APS-C dengan full-frame).
Evaluasi kinerja lensa dilakukan dengan menggunakan garis lurus sederhana, biasanya dengan menampilkan garis hitam di atas latar belakang yang putih. Pasangan “garis tebal” digunakan untuk mengukur “kontras” dan umumnya ada “10 garis /mm“, sedangkan “garis tipis” digunakan untuk mengukur “resolusi” dengan “30 garis /mm“. Ingat baik-baik arti garis tebal dan tipis tersebut karena akan terus berlaku sampai di akhir pembahasan. Selanjutnya sebagai contoh lihatlah grafik berikut ini yang disediakan oleh Nikon:
Seperti yang Anda lihat, garis merah tebal dan tipis ditempatkan pada interval yang berbeda untuk mengukur kontras dan resolusi dari masing-masing titik. Kelompok garis yang miring dan posisinya dekat tepi lingkaran serta garis-garisnya mengarah ke tengah dikenal sebagai “Sagittal“. Sedangkan kelompok garis miring lainnya dalam arah yang berlawanan dan posisinya di tengah lingkaran dikenal sebagai “Meridional“.
Perbedaan kemiringan serta arah garis-garis tersebut mewakili penyimpangan tertentu pada lensa, dan bukan asal dimiringkan saja. Jika sebuah lensa dapat menyelesaikan rincian dengan sangat baik maka kemiringan garis-garisnya akan menunjuk satu arah yang sama, begitupula sebaliknya.
Untuk pengukuran MTF, baik Sagittal dan Meridional telah disediakan datanya yang membantu untuk memudahkan mengidentifikasi lensa yang menunjukkan masalah Astigmatism. Baik kontras maupun resolusi dapat diukur dengan mengevaluasi ketebalan transisi garis warna hitam menjadi putih.
Bila sebuah lensa memiliki resolusi tinggi dan kontras yang sangat baik, maka ia akan menunjukkan batas yang jelas antara garis hitam dan garis putih, dan juga jelas membedakan garis dalam kelompok “30 garis /mm”, entah itu kelomok Sagittal ataupun Meridionial.
Sebaliknya, lensa bresolusi rendah dengan kekurangan pada optiknya akan menunjukkan transisi yang sangat halus dari garis warna hitam ke warna putih, yang artinya menunjukkan kontras rendah, dan akan sangat mengaburkan kelompok 30 garis /mm, sehingga semua menyatu dalam warna abu-abu, seperti yang ditunjukkan di bawah ini:
Kelompok garis pertama sangat mudah dibedakan antara hitam dan putih. Itulah lensa yang sempurna tanpa cacat optik. Sedangkan kelompok garis selanjutnya menggambarkan kualitas lensa yang samakin buruk, sampai pada kualitas yang dimana hitam dan putih benar-benar menyatu dalam warna abu-abu. Sayangnya lensa dengan optik sempurna hampir tidak ada, dan seolah kinerja lensa semakin memburuk, terutama ketika menuju bagian sudut maka garis terlihat blur mengakibatkan menyatu menjadi abu-abu. Jika sudah seperti demikian maka sistem pengukuran mungkin tidak lagi mampu membedakan antara yang hitam dan yang putih.
5. Cara Membaca MTF Chart
Sekarang Anda sudah tahu bagaimana kelompok-kelompok garis ditempatkan dan diukur, selanjutnya mari mengenal cara membaca grafik MTF. Harap dicatat bahwa semua produsen memiliki metodologi masing-masing tentang bagaimana cara mereka menampilkan data MTF dan apakah data mereka benar-benar bisa menggambarkan atau tidak. Jadi, satu panduan tidak cukup untuk menjawab semua itu. Berikut contoh umum bagan MTF:
Sebelum kita masuk pada penjelasan spesifik tentang kurva di atas, terlebih dahulu Anda harus memahami apa itu sumbu X dan Y. Dan di atas hanyalah contoh disederhanakan dari grafik MTF milik Nikon.
Sumbu X (horizontal) menunjukkan jarak dari pusat frame menuju sudut frame. Nilai 0 menunjukkan pusat (tengah), sedangkan 5, 10, 15 dan 20 mewakili jarak dalam satuan “mm” dari pusat sensor full-frame yang saya bicarakan sebelumnya. Biasanya sebagian besar produsen akan memiliki interval yang sama untuk lensa full-frame. Jika seandainya grafik di atas tentang Nikon jenis APS-C maka angka-angka di atas akan menjadi 0, 3, 6, 9 dan 12. Dan langkah Interval untuk tiap-tiap sensor APS-C dapat berbeda di seluruh produsen, misalnya produsen Canon menggunakan 0, 5, 10 dan 13 untuk lensa milik APS-C.
Adapun sumbu Y (vertikal) menunjukkan jumlah cahaya yang mampu ditransmisikan oleh lensa. Pada contoh data di atas telah disederhanakan yang mana 0 mewakili 0% dan 1 mewakili 100%. Begitupula angka di antara 0 sampai 1, seperti 0,1 (10%), 0,2 (20%) dan seterusnya.
Lensa yang “sempurna” akan memiliki garis lurus untuk kontras dan resolusi yang berjalan dari tengah frame menuju ke sudut paling ekstrim seperti contoh di bawah ini:
Di sini saya menggunakan garis merah untuk mewakili kontras dan garis biru untuk mewakili resolusi. Seperti yang Anda lihat, garis lurus tersebut menunjukan bahwa lensa 100% mentransmisikan cahaya. Tapi kita sama-sama tahu kalau lensa seperti itu tidak ada, jadi mari kita ambil contoh lain untuk grafik MTF yang lebih masuk akal:
Kedua kurva pada gambar di atas menunjukan bahwa lensa memiliki kontras dan resolusi yang cukup tinggi di pusat, yang kemudian secara bertahap menurun dan sempat menurun tajam di titik 10mm, lalu naik kembali di titik 15mm dan kembali menurun hingga sudut yang ekstrim. Sifat kurva seperti ini yang naik-turun atau “bergelombang” secara signifikan menunjukan adanya masalah bidang lengkung atau Field Curvature.
#Mengapa kurva merah (kontras) lebih tinggi dari kurva biru (resolusi)?
Mungkin akan ada di antara kalian yang bertanya demikian, apakah itu artinya buruk atau tidak, mari kita cari tahu. Umumnya kurva kontras biasanya akan lebih tinggi ketimbang kurva resolusi di grafik MTF. Sehingga pada contoh kasus di atas yang menunjukan kontras lebih tinggi di titik 0,9 menyatakan bahwa itu kontras yang “sangat baik“. Dan seandainya pun letak kontras berada di antara titik 0,7 dan 0,9, secara umum itu juga dinilai “sangat baik“. Sedangkan jika ia berada di antara titik 0,5 dan 0,7 maka itu dinilai “rata-rata“. Namun apabila kurva kontras berada di bawah titik 0,5 maka itu dinilai “lembut” atau bahkan “buruk“.
Itu cara membaca kurva kontras, namun untuk kurva resolusi umumnya memang kurva sedikit lebih rendah, adapun jika kurva kontras dan resolusi bertemu biasanya hanya terjadi di titik 0 (tengah), dan itu terjadi di area yang sangat kecil dan selanjutnya kedua kurva akan terpisah dengan posisi kurva resolusi yang berada lebih rendah dari kurva kontras. Penilaian baik buruk atau rata-rata tetang kurva di grafik MTF mungkin akan berbeda-beda pada setiap fotografer.
Di atas cuma contoh grafik MTF yang sangat sederhana karena hanya menunjukkan dua kurva saja. Umumnya dalam pengukuran MTF mencakup kelompok garis Sagittal dan Meridional, sehingga grafik akan benar-benar mengandung “setidaknya 4 garis kurva” seperti yang ditunjukkan oleh grafik MTF di bawah ini:
Ini merupakan salah satu contoh grafik MTF yang lebih lengkap, karena menampilkan lebih banyak data. Hanya dari menganalisis grafik di atas maka kita bisa mendapatkan data sebagai berikut:
- Resolusi (30 garis /mm) dari pusat ke sudut frame untuk kelompok garis Sagittal dan Meridional
- Kontras (10 baris /mm) dari pusat ke sudut frame baik itu kelompok garis Sagittal dan Meridional
- Astigmatism dan Chromatic jenis Lateral
- Bidang Lengkung (Field Curvature)
Jika kita membandingkan grafik di atas dengan grafik yang sebelumnya, maka jelas hasilnya menunjukan bahwa lensa sesuai grafik di atas memiliki kinerja yang lebih baik. Dimana kontras (garis merah) dan resolusi (garis biru) yang lebih tinggi dan kinerjanya lebih baik ketika di tengah dan hanya sedikit pada sudut frame yang mengalami penurunan, meskipun demikian namun kontras tetap sangat tinggi.
Akan tetapi ada hal penting lainnya yang perlu diperhatikan di sini bahwa grafik MTF di atas juga memiliki “garis putus-putus” yang berjalan dekat dengan garis yang utuh. Jadi grafik di atas menampilkan Sagittal (garis utuh) dan Meridional (garis putus-putus) yaitu kelompok garis yang kita bicarakan sebelumnya. Dalam kasus di atas, karena garis utuh dan garis putus-putus yang cukup rapat satu sama lain ketika di tengah frame, maka artinya lensa menunjukkan hampir tidak ada astigmatism. Tapi kedua jenis garis tersebut terpisah ketika berada lebih jauh dari tengah frame yang menyatakan bahwa ada sedikit masalah astigmatism di area tersebut (sudut).
Beberapa produsen mengklaim bahwa kedekatan garis Sagittal dan Meridional menunjukkan kualitas blur atau “bokeh” yang baik dari sebuah lensa. Sebaiknya kita jangan terlalu gegabah membuat kesimpulan tentang kualitas bokeh hanya dengan melihat grafik MTF saja, karena ada banyak faktor lain yang mempengaruhi kualitas blur, termasuk jumlah pisau diafragma / aperture, kualitas elemen optik, dll
Secara pribadi, saya hanya melihat pemisahan garis utuh dan garis putus-putus hanya untuk melihat apakah lensa menderita masalah astigmatism dan chromatic lateral yang ringan atau berat. Karena pemisahan yang jauh antara kedua garis tersebut selalu menjadi indikasi lensa yang buruk yang mengidap masalah astigmatism dan penyimpangan optik lateral. Sedangkan untuk tes kualitas bokeh, kita memerlukan melakukan tes yang sama sekali berbeda dalam lingkungan yang terkendali.
Analisis terakhir, karena data MTF lensa tidak menunjukan kurva yang naik-turun secara signifikan di sepanjang frame, maka dapat dipastikan bahwa lensa ini tidak menderita masalah kelengkungan bidang (field curvature) seperti contoh grafik sebelumnya.
Bagaimana Membaca Grafik MTF Lensa Nikon?
Nikon telah menyediakan data MTF untuk setiap lensa yang akan dirilis, namun Anda mungkin akan sulit menemukan MTF chart untuk beberapa lensa Nikkor yang sangat tua. Meskipun beberapa orang memiliki data MTF untuk beberapa lensa Nikokn AF-D berusia 10-15 tahun, tetap saja sangat sulit untuk mendapatkannya. Berikut data yang disediakan oleh MTF chart Nikon:
- Performa lensa hanya pada aperture maksimum
- Performa lensa untuk focal length terpendek dan terpanjang
- Garis Sagittal dan Meridional dari Kontras (10 garis /mm) dan Resolusi (30 garis /mm)
- Astigmatism dan Chromatic Lateral
- Bidang Lekung (Field Curvature)
Sayangnya MTF chart Nikon tidak lagi menyediakan data untuk kinerja lensa di aperture minimal sampai f/8. Sebagai contoh berikut grafik MTF untuk analisis lensa Nikkor AF-S 50mm f/1.8 G:
Seperti yang Anda lihat, Nikon 50mm f/1.8 G memiliki kontras yang cukup baik untuk garis Sagittal dan Meridional pada bagian pusat dan sekitar tengah frame di aperture maksimal f/1.8. Resolusi juga sangat baik di pusat meskipun secara bertahap menurun ke sudut-sudut yang ekstrim, dan itu memang menurun signifikan di bagian paling sudut.
Hampir tidak ada tanda-tanda masalah kelengkungan bidang karena kita tidak melihat gelombang tiba-tiba pada kedua kurva. Adapun berpisahnya garis Sagittal dan Meridional di sudut-sudut ekstrim, untuk kontras (10 garis /mm) lebih jauh terpisah ketimbang resolusi (30 baris /mm), yang berarti bahwa masalah astigmatism dan chromatic lateral kadarnya cuma sedikit dan ini tidak menjadi masalah serius.
Ini cuma kesimpulan pendek yang bisa Anda ambil dengan hanya melihat grafik MTF di atas. Lagipula MTF Nikon ini cukup membatasi kita dalam mengambil kesimpulan penuh karena MTF tidak menunjukkan kinerja lensa dibawah aperture maksimalnya.
Bagaimana membaca MTF Chart Lensa Canon?
Anda bisa juga menemukan data MTF untuk semua lensa Canon yang saat ini sedang diproduksi. Hanya saja Canon memiliki metode yang sedikit berbeda dalam menyajikan data MTF.
Tidak seperti Nikon, Canon menyediakan data untuk kinerja lensa di bawah aperture maksimum dan minimal sampai di f /8, tentunya ini sangat berguna. Berikut jenis data yang bisa Anda dapatkan dari grafik MTF Canon:
- Performa lensa di aperture maksimum dan minimal di f/8
- Performa lensa pada focal length terpendek dan terpanjang
- Garis Sagittal dan dan Meridional dari kontras (10 garis /mm) dan resolusi (30 garis /mm)
- Astigmatism dan Chromatic Lateral
- Bidang lengkung (Field Curvature)
- Pergeseran fokus (Focus Shift)
Berikut contoh grafik MTF dari lensa Canon EF 50mm f/1.8 II:
Grafik MTF di atas terlihat berantakan ketimbang grafik dari Nikon, tapi itu benar-benar memberikan informasi yang lebih lengkap. Baik, saya jelaskan dulu bagian-bagian garis pada grafik MTF Canon di atas:
- Garis tebal adalah pengukuran Kontras (10 garis /mm), sedangkan garis tipis mewakili Resolusi (30 garis /mm).
- Garis hitam menunjukkan kinerja pada aperture maksimum, sedangkan garis biru menunjukkan kinerja pada aperture minimal di f/8.
- Seperti biasa, garis utuh adalah pengukuran Sagittal, sedangkan garis putus-putus mewakili pengukuran Meridional.
Pertama, kita akan melihat pada garis-garis hitam yang merupakan kontras dan resolusi lensa di aperture maksimal f/1.8. Sepertinya kontras lensa sangat baik di pusat, yang jelas akan lebih buruk pada sudut ekstrim. Resolusi rata-rata cukup meskipun sedikit menurun ketika menuju sudut. Garis Sagittal dan Meridional cukup dekat di pusat yang merupakan kabar baik, tetapi sebagian besar terpisah jauh di sudut ini menandakan adanya msalah Astigmatism dan Chromatic Aberration jenis Lateral. Terlihat juga sedikit gelombang tiba-tiba yang menandakan ada sedikit bidang lekung pada lensa ini tapi tidak tidak begitu signifikan.
Selanjutnya untuk garis warna biru menggambarkan bahwa kinerja lensa meningkat secara drastis. Kontras yang sangat baik dari pusat hingga ke sudut-sudut ekstrim, sementara resolusi ini juga sangat baik, meskipun ada beberapa jumlah gelombang sebagai tanda bidang kelengkungan. Resolusi Meridional hampir datar sampai sudut, tapi Sagittal menurun tajam mulai dari titik 17mm. Jadi tanda-tanda Astigmatism dan Chromatic jenis lateral masih ada, tapi hanya terjadi di sudut-sudut yang ekstrim saja.
Karena Canon menyediakan data kinerja untuk aperture maksimal dan dibawahnya, sehingga Anda bisa mengevaluasi masalah pergeseran fokus yang serius. Jika ketajaman berpindah menjauh dari pusat ketika lensa berada di bawah aperture maksimumnya, biasanya ini menandakan lensa menderita masalah pergeseran fokus atau Focus Shift.
Melihat data MTF di aperture maksimalnya, Anda mungkin akan menarik kesimpulan bahwa Canon EF 50mm f/1.8 II ini lebih buruk dari Nikon 50mm f/1.8G. Saya tidak akan terburu-buru membuat asumsi seperti itu hanya karena menganalisa data MTF dan itu memang tidak dapat dibandingkan antara produsen. Hal ini disebabkan fakta bahwa pengukuran optik serta kriteria MTF yang memang berbeda antara Nikon dan Canon.
Pengujian Optik Dan Simulasi MTF
Ketika produsen menguji lensa, biasanya mereka hanya mengukur kinerja lensa tanpa melibatkan komponen lain seperti kamera. Karena teknologi kamera berubah setiap tahun termasuk juga sensor yang berkaitan dengan resolusi. Akan sangat bodoh bagi produsen untuk menguji lensa pada body kamera tertentu. Oleh karena itu, para pengguna harus memahami bahwa hasil MTF sebuah lensa yang melibatkan kamera tertentu akan hanya berlaku untuk body kamera tersebut saja. Misalkan, ketika hari ini saya menguji sebuah lensa menggunakan body Canon EOS 60D dengan Imatest, maka esok hari saya tidak bisa memberikan data pembanding bagi Anda untuk hasil MTF dari lensa yang lain dan diambil menggunakan kamera yang berbeda. Paham? Terlalu banyak variabel ikut terlibat mulai dari resolusi sensor sampai konversi AD (Analog ke Digital). Semua variabel tersebut akan mempengaruhi dalam menghasilkan data MTF.
Selain itu, banyak produsen menyediakan grafik MTF untuk manufaktur lensa, dan ternyata sangat sedikit benar-benar berdasarkan pengujian lensa. Berita ini mungkin terdengar mengejutkan bagi kalian, tapi ini fakta. Ada beberapa produsen seperti Zeiss, Schneider dan Leica, menyediakan grafik MTF sebagai teori yang hanya menunjukkan “potensi” kinerja lensa, dan bukan kinerja lensa di lapangan. Itu karena toleransi manufaktur dan variabel yang dapat mengakibatkan perbedaan dalam kinerja lensa antara model lensa yang identik.
Mungkin Anda pernah mendengar seseorang mengatakan seperti “ini sampel lensa yang tajam”, yang pada dasarnya itu menunjukkan fakta bahwa ada “variasi sampel”.
Perlu juga Anda ingat bahwa apa yang ditampilkan data MTF bisa saja berbeda “diakibatkan” cacat lensa seperti jatuh saat pengiriman paket, perubahan suhu, dll. Dan itu sangat alami untuk lensa yang kadang-kadang kinerjanya berbeda dari data MTF. Mengingat hal itu, maka produsen memilih menampilkan “potensi kinerja terbaik” dari lensa yang masih dalam kondisi prima, jauh dari cacat.
Kesimpulannya apakah ini berarti bahwa simulasi data MTF itu “tidak benar” atau tidak bisa dijadikan acuan dalam menganalisa lensa yang baik? Jawabannya tidak, sama sekali tidak. MTF masih menjadi referensi yang baik untuk melihat potensi kinerja sebuah lensa dan untuk membandingkan lensa tersebut dengan lainnya dari produsen yang sama. Terbukti, metode ini masih digunakan hingga saat ini.
Jika tidak ada data MTF, bagaimana Anda akan tahu bahwa Nikon 50mm f/1.8G kinerjanya lebih baik daripada lensa yang lebih tua dan lebih mahal seperti Nikon 50mm f/1.4G? Akan sangat subjektif jika Anda melihat dari hasil gambar saja. Apa Anda tidak menyadari bahwa kamera juga ikut andil mempengaruhi hasil gambar?
Sepertinya artikel ini sangat panjang dan mungkin membuat Anda bosan. Saya hanya merasa bahwa penjelasan tentang optik harus diperluas hingga ke pembahasan yang lebih detail. Meskipun begitu, penjelasan saya ini masih tergolong sederhana, dan saya tidak memiliki pengetahuan yang lebih dalam untuk membahas semua rincian. Otak saya terbatas gaesss!!
Okey, semoga ini bermanfaat dan membantu Anda saat memilih sebuah lensa.