Potrait merupakan genre fotografi yang lebih memfokuskan ke subjek manusia, sehingga sangat sering foto subjek manusia itu disebut “portrait”. Adapun genre “environmental portrait” ini masih berhubungan dengan genre portrait, hanya saja ini lebih diperluas.
Environmental portrait adalah genre fotografi yang mengekspose subjek pada lingkungan biasa ia berinteraksi, entah itu di rumah, kantor, sekolah dan segala yang berhubungan dengan subjek tersebut. Kesimpulannya ini menggambarkan hubungan antara subjek dengan lingkungannya dan terkadang genre ini menggambarkan kehidupan pribadi seseorang. Environmental portrait ini sering dianggap sebagai kebalikan dari pemotretan portrait dalam studio yang mana di dalamnya “semua terkendali” atau kata kasarnya “penuh rekayasa”. Tidak ada yang salah dengan itu, dalam dunia fotografi masing-masing sudah ada porsinya.
Selain subjek yang ditemukan tanpa sengaja di lapangan, dalam hal ini fotografer juga bisa menargetkan subjek yang memiliki “karakter” misalkan seorang musisi dengan lingkungannya seperti panggung, studio rekaman, dan juga hal-hal yang berhubungan dengan karakterya entah itu dari segi penampilan, style, maupun interaksinya.
Sehubungan dengan environmental portrait ini, seorang fotografer domisili Australia, Drew Hopper berbagi tips untuk bagaimana menangkap gambar environmental portrait yang baik termasuk cara memanfaatkan cahaya alami di dalamnya. Drew Hopper seorang fotografer yang terpikat dengan keragaman budaya, dan kerap melakukan travelling untuk menangkap gambar portrait, meskipun kadang-kadang ia juga memotret landscape. Berikut tipsnya:
1. Perencanaan ke depan
![]() |
Photo credit © Drew Hopper |
Hal pertama yang dilakukan oleh Drew sebelum melakukan perjalanan fotografi adalah memutuskan apa saja yang ingin ia lihat dan jenis foto seperti apa yang akan ia tangkap. Ketika perjalanannya ke Myanmar, Drew Hopper terinspirasi oleh kultur di sana, sehingga pada saat itu ia ingin menangkap adegan masyarakat lokal dan budaya terkait yang dipentaskan secara alami dengan pemotretan secara “candid”.
Sebelum melakukan perjalanan, Drew Hopper menghabiskan banyak waktu untuk melakukan penelitian di internet agar perjalanannya sukses dan tidak sia-sia.
Dalam hal ini, ia menekankan juga untuk menentukan beberapa hal. Apakah Anda membutuhkan asisten atau “fixer” sebagai penerjemah ketika berada di negara asing? Apakah Anda memotret di dalam atau luar ruangan? Apakah Anda perlu izin lokasi dan model release jika nantinya hasil gambar akan dikomersilkan? Ini hanya beberapa pertanyaan yang mungkin muncul sebelum Anda melakukan perjalanan fotografi.
2. Lokasi adalah segalanya
![]() |
Photo credit © Drew Hopper |
Menemukan lokasi yang sempurna adalah hal yang menantang, dan itu kunci dalam menangkap gambar environmental portrait. Drew Hopper menyarankan untuk mengintai setiap area dalam pencarian lokasi yang tepat untuk menggambarkan subjek Anda. Teruslah bertahan sampai Anda benar-benar menemukan lokasi yang tepat, dan itu pasti akan menghasilkan gambar yang lebih kuat.
Sebaiknya bertemu dengan subjek Anda terlebih dahulu untuk mengenal mereka. Mungkin mereka memiliki tempat di mana mereka bisa lebih santai. Sebagai contoh, orang-orang lebih sering merasa nyaman di rumah mereka sendiri, dan ini menjadi peluang yang bagus untuk lebih bebas menangkap ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Meskipun, beberapa orang mungkin tidak merasa nyaman mengundang orang asing ke tempatnya, sehingga menjadi sebuah kehormatan jika Anda bisa diundang ke rumah mereka.
Menurut Drew menampilkan banyak detail pada background itu penting untuk menambah “sense” pada lokasi Anda dan juga untuk mendefinisikan karakter subjek Anda. Namun berhati-hatilah saat mengubah komposisi, jangan sampai background mengurangi kehadiran subjek Anda. Namun tetap saja, fokus utamanya harus pada subjek Anda.
3. Komunikasi
![]() |
Photo credit © Drew Hopper |
Salah satu bagian penting dari memotret seseorang adalah komunikasi, sehingga Anda bisa menafsirkan apa yang ingin Anda capai. Jika memotret di negara asing mungkin “bahasa” akan menjadi kendala utama. Solusi terbaik terkait hal ini adalah menggunakan fixer setempat atau bantuan seorang pribumi yang mengerti bahasa Anda dan membantu menerjemahkan. Solusi tersebut juga bisa membantu Anda saat mengurus izin pengambilan gambar properti di sana dan menjadi penghubung yang baik pada pemerintah daerah setempat. Intinya ini dapat membuat segalanya berjalan lancar selama perjalan fotografi Anda di daerah tersebut.
Menurut pengalaman Drew Hopper, di beberapa negara orang-orang menyukai untuk difoto. Contohnya adalah Myanmar dan memang banyak wisatawan fotografer luar datang mengambil gambar di Myanmar. Dan alangkah lebih mudah lagi jika Anda bisa menemukan orang-orang yang terbuka dan bersedia untuk diambil gambarnya.
Cobalah untuk berinteraksi. Dengan berbicara dengan orang-orang Anda akan menemukan kepercayaan diri untuk mendekati orang asing dan mengambil foto mereka, entah itu dengan cara dipentaskan atau secara dadakan. Jika ada hambatan bahasa, coba lakukan beberapa isyarat seperti menunjuk ke kamera lalu tersenyum. Kebanyakan orang akan mengerti apa yang Anda inginkan setelah mereka melihat kamera. Namun jika pada akhirnya mereka menolak untuk diambil gambarnya, Anda harus menghormati keinginan mereka dan melanjutkan lagi perjalanan Anda. Selalu ingat untuk tersenyum dan selalu mengucapkan “terima kasih”. Jadilah wisatawan yang sopan dan berprilaku positif ketika Anda bekerja.
4. Menangkap pose subjek
![]() |
Photo credit © Drew Hopper |
Menangkap pose subjek Anda dengan bahasa tubuh yang alami membutuhkan kerja keras. Ini memang tidak mudah, tapi dengan presepsi dan praktek yang baik bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi diri sendiri dan subjek Anda. Drew menekankan bahwa sangat penting untuk membuat subjek Anda merasa “rileks”, karena setiap ketegangan dari subjek akan nampak jelas pada gambar Anda. Sekali lagi, komunikasi merupakan bagian penting dari proses ini. Tanyakan kepada mereka bagaimana perasaan mereka, dan jangan pernah mendorong mereka untuk berpose dengan cara tertentu, karena mereka tidak akan percaya diri dan merasa tidak mampu melakukan itu. Jika Anda terus mendesaknya maka ini akan menyebabkan ketegangan dan bahasa tubuh yang tidak wajar.
Kebanyakan orang merasa nyaman ketika duduk dan bersandar pada sesuatu (dinding atau kusen pintu misalnya), ini adalah titik awal yang baik. Ketika subjek duduk di lingkungan mereka, belum tentu mereka akan melihat kamera. Drew Hopper menyarankan agar Anda meminta subjek melihat ke kejauhan, dan buat mereka untuk fokus pada sesuatu. Sebagai contoh, ketika Anda memotret subjek di tempat kerjanya, maka biarkan ia tetap bekerja dan Anda hanya perlu memotret. Ingat! Dalam hal ini Anda sedang memotret kepribadian seseorang, maka sedikit menjauhlah dari subjek dan amati bagaimana interaksinya. Lakukan cara ini sebelum Anda mencoba mengarahkan subjek. Tetap siaga adalah kunci pada tahap ini, terus siaga hingga akhirnya Anda bisa mengambil gambar yang tepat dari interaksi subjek.
Ketika Anda mencoba mengambil gambar portrait lebih dekat dan lebih intim, maka cara terbaik untuk mendekati subjek adalah dengan kerendahan hati dan rasa hormat. Tips ini bekerja dengan baik untuk mendapatkan respon dari subjek dengan lingkungan mereka. Seperti ketika memandu, jangan adakan kontak fisik pada subjek, apalagi jika Anda seorang pria dan subjek Anda seorang wanita. Sopanlah ketika menjelaskan termasuk saat mendemostrasikan gaya berpose, dan tetap lakukan ini saat meminta mereka mengganti gaya berpose. Ini tentang mendapatkan kepercayaan masing-masing yang biasanya membutuhkan waktu. Tetapi jika Anda mendekati dengan cara yang tepat maka secara dramatis akan meningkatkan hasil Anda.
5. Menambahkan “drama” ke dalam gambar Anda
Bekerja di bawa cahaya alami adalah cara yang bagus untuk menambahkan drama ke dalam gambar Anda untuk “mood” subjek yang penuh karakter. Menurut Drew, ini cara yang fantastis untuk lebih memahami pentingnya cahaya dan menggunakannya secara efektif. Jika Anda baru dalam dunia fotografi, mungkin Anda tidak ingin repot dan hanya menambahkan beberapa speedlite untuk bermain cahaya. Namun Drew menyarankan agar sebaiknya Anda keluar mempelajari kondisi cahaya dan perhatikan bagaimana pencahayaan yang berbeda mengubah suasana di lingkungan Anda berada.
Memotret orang tua dalam cahaya rendah adalah cara yang fantastik untuk melebih-lebihkan ekspresi, garis dan kerutan wajah untuk membuat sebuah foto portrait yang “dramatis”. Salah satu pendekatan favorit dari Drew Hopper untuk foto portrait di cahaya rendah adalah menemukan ruang gelap dengan beberapa bagian cahaya masuk menyoroti adegan. Ini seperti ray of light (ROL) yaitu cahaya yang terbagi-bagi seperti cahaya yang masuk melalui sela-sela daun. Sebagai contoh Anda bisa memilih ruangan gelap dengan pintu terbuka yang menjadi sumber masuknya cahaya, lalu posisikan model Anda dalam cahaya yang berlawanan dengan area yang gelap. Perhatikan bagaimana cahaya menyoroti subjek dan background yang gelap bebas dari gangguan. Amati cahaya tersebut dan cobalah memotret dengan sudut yang berbeda, atau reposisi model Anda untuk berdiri pada setengah dalam bayangan dan setengah dalam cahaya untuk menciptakan kontras yang lebih mendalam. Ini adalah cara termudah memanipulasi cahaya alami untuk menghadirkan kesan yang lebih dramatis. Coba Anda melakukan eksperimen dengan cahaya alami dan Anda akan terkejut seberapa efektifnya itu.
Cara lain untuk meningkatkan / menambah “atmosfir” pada foto portrait Anda adalah dengan menambahkan “asap” buatan. Jika model Anda seorang perokok maka ia bisa menghembuskan asap rokok ke udara, atau cara lain dengan membakar dupa. Gunakan ruang ketajaman (depth of field) yang sempit untuk menarik fokus dari asap untuk menciptakan sebuah ilusi yang halus dan mendalam. Cahaya lilin juga bisa menjadi sumber cahaya alami lainnya namun hati-hati terhadap api dan panas dari lilin.
6. Selalu mengingat tahap post-processing
Ini maksudnya agar setiap kali Anda memotret selalu pertimbangkan bagaimana hasilnya nanti ketika gambar akan diolah (post-processing). Apakah ada bagian-bagian dalam gambar yang sulit di atasi seperti bagian shadow dan highlight? Tips ini mengingatkan agar kita selalu berhati-hati saat menangkap adegan.
Kamera memiliki keterbatasan di mana mereka tidak dapat menangkap seluruh rentang tonal dari beberapa situasi pencahayaan yang rumit. Seperti memotret di pertengahan hari dalam kondisi cahaya yang keras dapat menyebabkan kerugian tak menyenangkan pada detail shadow. Jika subjek Anda pada posisi backlit (atau backlight) seperti setengah di tempat teduh atau memakai topi, Anda akan melihat masalah shadow pada kondisi seperti itu. Jika meminta subjek Anda untuk bergerak atau menunggu cahaya lain yang datang mengimbangi bukanlah pilihan yang tepat, sehingga praktek yang baik menurut Drew pada situasi tersebut adalah lanjutkan memotret dengan mempertimbangkan post-processing dalam pikiran Anda. Pikirkan setiap konsekuen yang akan Anda hadapi saat mengolah hasil gambar. Ini akan memberi Anda banyak pertimbangan dalam pemilihan posisi / teknik pengambilan gambar untuk hasil yang baik.
7. Jangan takut untuk meningkatkan ISO
![]() |
Photo credit © Drew Hopper |
Drew Hopper melihat bahwa sering kali fotografer takut meningkatkan pengaturan ISO di kamera mereka. Mengingat ISO tinggi ini memang dapat menimbulkan noise (bintik-bintik) pada gambar. Kebanyakan fotografer menyarankan untuk menggunakan ISO serendah mungkin. Dan alasan yang baik untuk menembak di ISO rendah adalah kualitas gambar yang lebih maksimal dibandingkan dengan menembak dengan ISO tinggi. Namun, teknologi kamera mengalamai banyak peningkatan sejak pertama kali DSLR dirilis, dan DSLR paling modern bahkan mampu menembak dalam ISO tinggi 1600 – 3200 atau lebih tinggi dari itu.
Meningkatkan ISO memungkinkan Anda dapat menembak pada kecepatan shutter yang lebih cepat dengan bukaan aperture sempit, yang mana ini dapat sangat berguna saat memotret subjek dalam kondisi cahaya rendah tanpa perlu menggunakan tripod atau flash. Bila ISO tinggi dikombinasikan dengan lensa prime “aperture cepat” (lensa seperti ini memiliki bukaan yang sangat lebar) berdasarkan banyak eksperimen membuktikan bahwa ini sering kali bisa mendapatkan cahaya terbaik. Jika memang terlihat noise maka Anda hanya perlu menyesuaikan kembali pengaturan kamera, atau Anda bisa menghilangkan noise saat post-processing nanti.
8. Gunakan model release
![]() |
Photo credit © Drew Hopper |
Pada dasarnya model release itu adalah “kontrak”. Ini adalah perjanjian tertulis yang disepakati dan ditandatangani oleh fotografer dan model. Tujuan dari model release ini adalah untuk melindungi fotografer dari kewajiban di masa depan jika sesuatu terjadi dan berakhir pada gugatan. Ini melindungi Anda jika seseorang mengajukan klaim hukum terhadap Anda, seperti invasi dari privasi atau pencemaran nama baik. Setiap foto yang akan Anda jual yang menampilkan “seseorang dikenali” di dalamnya, harus memiliki release kecuali itu digunakan untuk tujuan reportase / dokumenter tertentu. Dokumen membebankan syarat dan ketentuan yang satu pihak dapat menggunakan gambar yang diambil dari pihak lain. Singkatnya hal ini merupakan bagian penting yang harus diperhatikan oleh fotografer portrait ketika menggunakan gambar secara komersial.
Ada sejumlah aplikasi ponsel yang memungkinkan Anda untuk secara “elektronik” menyusun model release, dan yang Anda butuhkan hanyalah smartphone atau iPad. Drew Hopper sendiri telah menggunakan aplikasi dari 500px yang disebut “Pers“, yang memungkinkan Drew menyimpan informasi terkait model dan lokasi. Setelah mengisi formulir di pers, selanjutnya yang Anda butuhkan adalah tanda tangan dari sang model. Dan ini sangat mudah, model hanya perlu menyentuhkan jari ke layar sentuh dan ini akan dianggap sebagai tanda tangan. Kemudian Anda dapat menyimpannya dalam bentuk PDF agar bisa dicetak atau diekspor ke tempat lain. Metode ini menghemat banyak waktu ketimbang melakukan cara tradisional dengan dokumen.
Itulah tips-tips berharga dari Drew Hopper berdasarkan pengalamannya sendiri. Mohon maaf jika artikel ini sangat panjang, saya hanya merasa sangat perlu untuk menulis ini dan layak untuk dibagikan kepada Anda semua. Saya sebagai penulis sangat terinspirasi dan sangat menikmati menulis informasi ini. Terima kasih buat Drew Hopper, semoga pengetahuan ini berguna bagi kita semua.
Semua gambar dalam artikel ini memiliki Hak Cipta © Drew Hopper, mohon kiranya semua pengunjung / pembaca blog tidak menggunakan gambar tersebut untuk tujuan komersil atau kegiatan ilegal lainnya.
sumber: kelasfotografi.com