Ukuran Sensor vs Resolusi
Pertama saya akan memberikan analogi sederhana untuk membedakan full-frame dengan crop sensor dalam hal bidang pandang. Bila hasil gambar atau bidang pandang full-frame seperti foto berukuran 8 x 10, maka hasil dari crop sensor ibaratkan foto tersebut digunting menjadi ukuran lebih kecil 6 x 8. Itulah perbedaan antara hasil kamera film 35mm atau full-frame dengan hasil dari crop sensor seperti APS-C. Sekarang Anda sudah bisa membayangkan hasil dari kedua jenis kamera tersebut. Mana jangkauannya yang lebih luas?
Akan tetapi, meskipun hasil crop sensor seperti foto 6 x 8 di atas yang kehilangan banyak bagian foto karena digunting, namun masih ada hal lain yang perlu Anda pertimbangkan lagi tentang kamera jenis crop sensor yaitu “resolusi sensor“.
Setiap sensor kamera digital terdiri dari jutaan piksel. Lalu apakah sensor yang lebih kecil akan menerjemahkan piksel yang kurang tepat? Jawabannya: “tidak juga”. Jika sensor kamera full-frame dengan crop sensor dibuat dengan “ukuran fisik piksel” yang lebih kecil atau sama, maka kedua sensor tersebut berpotensi memiliki resolusi yang sama juga. Bahkan, pada beberapa kasus ditemukan bahwa sensor crop bisa memiliki lebih dari satu piksel dari sensor full-frame.
Sebagai contoh, kamera Nikon D4 (full-frame) memiliki 16 juta piksel pada sensornya yang berukuran 36,0 x 23.9mm. Sedangkan kamera Nikon D7000 (crop sensor) juga memiliki 16 juta piksel pada sensornya yang berukuran 23,6 x 15.6mm. Sehingga ini membingungkan banyak orang. Kedua kamera memang berbeda dari segi ukuran sensor, tetapi mengapa keduanya malah memiliki jumlah piksel yang sama? Jumlah piksel boleh sama tapi belum tentu dengan ukuran fisik piksel. Jadi yang membedakan piksel kedua kamera ini adalah ukuran fisik setiap pikselnya. Nikon D4S memiliki banyak piksel dengan ukuran fisik yang lebih besar yaitu 7.3μm. Sedangkan ukuran fisik setiap piksel pada Nikon D7000 jauh lebih kecil yaitu 4.78μm.
Pengaruh Ukuran Fisik Piksel
Saat menerjemahkan sebuah gambar, piksel yang lebih kecil memiliki noise yang lebih banyak dan jangkauannya kurang dinamis dalam sebuah gambar. Sehingga dalam hal ini, hasil kamera Nikon D7000 tidak bisa menyamai kualitas gambar dari Nikon D4 dalam situasi cahaya yang rendah. Oleh sebab itu, produsen sebenarnya lebih tertarik berbicara tentang megapiksel ketimbang ukuran sensor. Mereka ingin konsumen memperhatikan angka megapiksel yang fantastik dari sebuah kamera dan mereka tidak mau menyebutkan seperti apa sensor kecil yang sebenarnya.
Jadi misalkan, Anda menemukan sebuah kamera ponsel memiliki resolusi yang sama seperti DSLR, jangan mengira keduanya akan menghasilkan gambar dengan kualitas yang sama. Itulah kekeliruan banyak orang saat ini.
Namun seiring berkembangnya teknologi kamera, crop sensor juga ikut berkembang dan menjadi lebih baik dalam hal menangani noise, terutama pada penggunaan ISO rendah dan menengah. Contohnya, dalam kondisi cahaya yang baik, Anda akan sulit melihat perbedaan kualitas gambar antara full-frame dengan crop sensor yang memiliki crop factor 1.5-1.6x.
Keuntungan Crop Sensor
Ada pendapat yang mengatakan bahwa piksel dengan ukuran fisik lebih kecil masih cukup baik bekerja dalam kondisi cahaya yang bagus. Jadi ketika ada dua sensor yang berbeda ukuran namun resolusinya sama, kemudian keduanya melakukan pengambilan gambar di siang hari, maka kamera dengan sensor yang lebih kecil masih bisa dikatakan dapat bersaing dengan sensor yang lebih besar.
Jadi, keuntungan dibalik kekurangan hasil crop sensor yang mengalami cropping (dipangkas) yaitu crop sensor akan mendapatkan jarak lebih dekat dengan objek atau subjek. Coba Anda perhatikan gambar di bawah ini:
Gambar sebelah kiri di atas adalah hasil dari kamera film 35mm atau full-frame. Sedangkan gambar sebelah kanan adalah hasil dari kamera APS-C yang merupakan bagian dari jenis kamera crop sensor. Keduannya menggunakan focal length 24mm. Dari gambar di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa kelebihan full-frame “salah satunya” terletak pada jangkauan luas, yang maksudnya apa yang terlihat oleh bidang pandang kita sama seperti yang dihasilkan kamera. Sedangkan hasil APS-C tidak seperti itu, karena gambar mengalami cropped dan seperti diperbesar. Ini kekurangan sekaligus keuntungan seperti yang saya katakan di atas yaitu jarak objek yang semakin dekat.
Memanfaatkan Kelemahan Crop Sensor
Tahukah Anda kalau fotografer olahraga dan wildlife (satwa liar) kebanyakan lebih suka menggunakan kamera jenis crop sensor? Karena ketika lensa tele full-frame mereka digunakan pada kamera crop sensor, maka focal length lensa tersebut akan menjadi lebih panjang. Sehingga cocok untuk memotret aksi olahraga dari luar lapangan atau satwa liar dari kejauhan. Jadi, selama kondisi pencahayaan tidak kritis, itulah keuntungan dari kamera crop sensor dalam hal jangkauan.
Hal ini membenarkan asumsi bahwa lensa yang digunakan sebenarnya mampu menyelesaikan banyak masalah tentang detail dari sebuah gambar. Namun perlu Anda catat bahwa beberapa lensa tua tidak dirancang untuk sensor beresolusi tinggi dan itu mungkin tidak dapat menyelesaikan masalah detail hasil.
Mungkin Anda akan bertanya mengapa saya hanya menulis keuntungan dari crop sensor saja? Lalu bagaimana dengan keuntungan dari full-frame? Jika benar Anda menyimak artikel saya sebelumnya juga termasuk artikel ini, maka pada dasarnya full-frame adalah “juaranya”. Sehingga banyak fotografer yang bermimpi bisa memiliki kamera seperti itu namun harganya sangat mahal. Sedangkan kamera crop sensor yang harganya masih terjangkau bukan berarti ia jenis kamera yang buruk. Oleh sebab itu artikel ini menunjukan apa yang bisa dilakukan DSLR sehingga ia bisa dikatakan dapat bersaing dengan full-frame “meskipun dalam skala kecil”.
Semoga bermanfaat!!