Teknik Memotret Star Trail & Milky Way

on

|

views

and

comments

Memotret pergerakan bintang di malam hari atau biasa disebut foto star trail memang memiliki keasyikan tersendiri.

Selain bisa mendapatkan foto yang indah, perjalanan bersama rekan hunting sambil camping di malam hari juga menjadi pemicu semangat yang membuat banyak fotografer jadi menyukainya.

Apa itu foto Star Trail?

Foto Star Trail dalam dunia fotografi adalah teknik untuk memotret pergerakan bintang pada saat malam hari dengan mengambil exposure berulang kali (multiple exposure) dan menggabungkannya ke dalam sebuah foto.

Meskipun ada teknik yang hanya menggunakan satu foto saja (single exposure).

Apa itu Milky Way?

Milky Way atau dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya sebagai Bima Sakti – berasal dari bahasa latin Via Lactea atau bahasa Yunani Galaxias yang artinya “susu”.

Milky Way ini adalah galaksi spiral yang memiliki 200-400 milyar bintang dengan diameter 100.000 tahun cahaya dan ketebalan 1000 tahun cahaya.

Nah, pada artikel kali ini saya akan coba mengulas bagaimana cara mendapatkan foto star trail yang bagus mulai dari peralatan yang dibutuhkan, perencanaan pemotretan, hingga pengaturan kamera yang benar.

Teknik Memotret Star Trail & Milky Way (Bima Sakti)

Tutorial Teknik Memotret Star Trail Dan Milky Way (Bima Sakti) Bagi Pemula

Untuk mendapatkan foto star trail dan milky way yang indah, siapkan hal-hal berikut sebelum melakukan pemotretan.

1. Peralatan

Untuk mendapatkan hasil foto star trail yang indah, minimal kamu harus memiliki tripod yang bagus, shutter release, baterai yang cukup, kamera serta lensa wide.

Tripod

Tripod merupakan salah satu peralatan wajib yang kamu butuhkan, jadi sedapat mungkin pilihlah tripod yang bagus dan tidak murahan.

Tripod dengan kualitas jelek biasanya tidak kokoh dan mudah bergetar terkena angin atau landasan yang berpasir. Kondisi seperti ini akan membuat foto kamu menjadi blur (shake).

Kamera

Sudah pasti kamu membutuhkan kamera untuk memotret star trail. Tapi kamera yang kamu gunakan harus memiliki mode Manual “M” dan shutter speed dengan pilihan Bulb “B”.

Dengan mode manual, artinya kamu bisa mengatur sendiri berapa shutter speed yang dibutuhkan serta pengaturan ISO dan aperture lensa.

Fitur-fitur di atas tentunya sudah ada jika kamu menggunakan kamera professional seperti DSLR atau Mirrorless.

Shutter Release dengan Timer (Intervalometer)

Intervalometer adalah alat yang digunakan untuk mengatur jeda atau interval dari pengambilan satu foto ke foto yang lain. Dengan shutter release, kamu haruskan menekan tombol shutter release secara manual, tidak otomatis seperti kita menggunakan intervalometer.

Shutter Release atau intervalometer juga menjadi salah satu peralatan yang wajib kamu miliki. Dengan alat ini, kamu tidak perlu menyentuh tombol fisik shutter di kamera sehingga bisa meminimalisir guncangan agar foto tidak menjadi blur (shake).

Shutter release juga biasa digunakan pada pemotretan landscape dengan long exposure.

Baterai

Setidaknya kamu memiliki 3 sampai 5 buah baterai cadangan yang telah terisi penuh (full charged) karena pemotretan star trail membutuhkan waktu shoot yang panjang setidaknya 30 menit hingga 3 jam.

Tidak lucu tentunya pada saat tengah memotret kamu kehabisan baterai dan harus pulang ke rumah untuk mengecas kembali.

Lensa Wide Angle

Mendapatkan hasil foto star trail yang dramatis, penggunaan lensa dengan sudut lebar (wide angle) merupakan hal yang wajib.

Hal ini sama seperti penggunaan lensa pada fotografi landscape pada umumnya.

Jika ada, pilihlah lensa wide angle dengan bukaan yang besar atau minimal F/4. Bukaan lensa yang lebar memungkinkan cahaya masuk ke kamera lebih banyak karena pemotretran star trail sangat minim sumber cahaya.

Untuk pengguna full frame, sebaiknya menggunakan lensa dengan focal length 14-24mm F/4 sedangkan kamera crop factor, gunakan lensa 10-20 mm dengan aperture minimal F/4.
Baca Juga:

2. Perencanaan dan Persiapan

Untuk mendapatkan foto star trail yang bagus, pemilihan waktu yang tepat merupakan penentu kualitas gambar foto star trail kamu. Karena itu, kamu tidak bisa memilih sembarangan waktu dan tempat, ada momen-momen tertentu yang harus kamu ketahui agar bisa menghasilkan foto star trail yang indah.

Pemilihan Waktu yang Tepat

Pemilihan waktu yang tepat untuk memotret star trail dan Galaxy Bima Sakti adalah pada saat fase bulan 25% hingga 100% menuju gerhana penuh.

Hal ini bertujuan untuk memberikan penerangan tambahan yang cukup untuk foreground dari foto star trail kamu sehingga dapat memberikan detail keseluruhan dari foto landscape star trail (bagian foreground ikut terang).

Hitung fase bulan dengan Moon Pase Calculator;

Moon Pase Calculator
Moon Pase Calculator

Ambil foto dengan arah berlawanan dengan bulan sehingga bisa memberikan cahaya yang lebih terang pada bagian foreground pada foto kamu, artinya bulan harus berada di belakang kamu.

Selain itu, pengambilan foto star trail harus dilakukan pada cuaca yang cerah dan tidak mendung dengan kondisi awan yang seminim mungkin sekurang-kurangnya hanya ada 0-50 % di langit malam.

Pemilihan Lokasi yang Tepat

Pilihlah lokasi yang jauh dari perkotaan, lampu dan sumber cahaya lainnya yang akan “mengganggu” hasil karya foto star trail kamu.

Biasanya lokasi yang tepat untuk memotret star trail adalah di tepi pantai, di atas bukit atau pegunungan.

Temukan lokasi langit yang paling hitam dan gelap sehingga sangat kontras dengan cahaya bintang yang samar-samar agar star trail terlihat jelas dan tegas.

3. Gunakan The Photographer’s Ephemeris

Sebelum memotret star trail, lihat terlebih dahulu kapan waktu (jam) bulan/matahari terbit dan tenggelam.

Gunakan aplikasi berbasis web The Photographer’s Ephemeris 

The Photographer's Ephemeris
The Photographer’s Ephemeris
  • Moonrise » Bulan terbit;
  • Moonset » Bulan terbenam;
  • Sunrise » Matahari terbit;
  • Sunset » Matahari terbenam.

Masukkan tanggal rencana pemotretan star trail dan lokasi kamu berada, maka akan terlihat pukul berapa bulan, matahari terbit dan tenggelam.

Setelah mengetahui waktunya, pilihlah waktu malam yang tepat dengan memperhitungkan malam gelap terpanjang sebelum matahari terbit dan tenggelam sehingga kamu punya waktu yang banyak untuk mengambil foto karena mulai keluarnya cahaya matahari terbit akan mengganggu hasil foto star trail kamu.

Untuk mendapatkan malam gelap terpanjang, carilah malam dimana bulan terbenam lebih awal dan sebaiknya tepat sebelum atau sesudah matahari terbenam.

Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, untuk mendapatkan malam yang paling gelap, waktu yang paling baik memotret star trail adalah dimulai pada 1-2 jam setelah matahari/bulan tenggelam sampai 1-2 jam sebelum matahari/bulan terbit.

4. Pengaturan Kamera

Pengaturan kamera pada pemotretan star trail sedikit berbeda dari pemotretan pada umumnya. Hal ini disebabkan karena objek foto yang jaraknya tak terhingga (infinity) hingga kondisi cahaya yang sangat minim.

Teknik Focusing Lensa

Pada malam hari akan sulit untuk melakukan pengaturan kamera dan lensa termasuk focusing karena kondisi cahaya yang minim, oleh karena itu lakukan pengaturan kamera dan lensa pada siang hari. Kamu cukup melakukannya di rumah saja.

Atur focal length lensa pada zoom terlebarnya (paling wide), misalnya 24mm untuk fullframe atau 10mm untuk kamera crop factor.

Cobalah ambil beberapa foto dengan bukaan lensa f/8-f/11 pada siang hari dengan mengatur fokus lensa mendekati infinity (∞).

Bisa menggunakan mode Live View atau melalui View Finder, pilih fokus pada bagian terjauh dari area yang difoto dan lihat keseluruhan apakah gambar yang diambil sudah fokus semua.

Jika fokus dirasa masih kurang nendang, gunakan manual focus dan geser ring lensa untuk mendapatkan fokus yang lebih akurat.

Jika sudah mendapatkan fokus yang tepat, berikan tanda pada lensa atau berikan perekat agar fokus ring tidak bergeser hingga kamu selesai melakukan pemotretan di malam hari.

Perhatian:
Setelah mendapatkan fokus infinity yang tepat, jangan ubah focal length sebelum dan selama pemotretan karena akan merubah focus infinity yang telah kamu atur sebelumnya.

Pengaturan Manual – Star Trail Photography

  • Image Format » Pilih format RAW;
  • Metering Mode » Matrix Metering (Nikon) dan Evaluate Metering (Canon), kamera lain menyesuaikan tipe metering yang sama dengan Evaluate Metering;
  • White Balance » Pilih Kelvin dengan nilai antara 4000K – 5500K. Jika kamera kamu tidak ada pengaturan Kelvin (biasanya untuk kamera DSLR dengan seri 3 digit) pilih Fluorescent (Ikon lampu neon) atau Flash (Ikon lampu kilat);
  • Aperture » Sebaiknya gunakan bukaan lensa antara f/2.8 hingga f/5.6;
  • Focal Length » Tergantung selera, semakin wide focal length yang digunakan, semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan foto star trail yang komplit (bulat sempurna), dan sebaliknya. Saya pribadi memilih menggunakan focal length terlebar dari lensa untuk mendapatkan hasil yang lebih dramatis;
  • Exposure Time/ Shutter Speed » atur shutter speed 30 – 60 detik untuk kamera full frame dan 30 – 120 detik untuk kamera crop factor;
  • Long Exposure Noise Reduction Setting » Atur ke Off;
  • High ISO Noise Reduction Setting » Atur ke Normal.

Semakin lama exposure time yang digunakan maka ekor bintang yang didapatkan akan semakin panjang dan bintang-bintang jauh yang cahayanya sangat redup bisa tertangkap kamera.

Selain itu, kamu juga bisa menurunkan ISO ke level yang lebih rendah untuk mengurangi noise pada foto sehingga kualitas gambar yang dihasilkan lebih bagus.

Pengaturan ISO

Pada kamera crop faktor, dibutuhkan exposure time yang lebih lama karena penanganan ISO kamera crop faktor tidak sebaik kamera full frame. Jadi sebaiknya gunakan ISO yang lebih rendah pada kamera crop factor yang tentunya berimbas pada lebih panjangnya exposure time.

Pengaturan ISO bisa kamu sesuaikan dengan keadaan pencahayaan bulan (moon light polution) pada lokasi pemotretan. Coba ambil foto beberapa kali dengan menggunakan pengaturan ISO yang berbeda hingga mendapatkan exposure yang tepat.

Cahaya bulan akan membantu kamu untuk pencahayaan sehingga dapat menekan ISO lebih rendah. Cobalah mulai dengan ISO 300 dan tingkatkan sampai maksimal ISO 800 untuk kamera full frame. Sementara untuk kamera crop factor, cobalah bertahan pada ISO 160-500.

Teknik terbaik untuk mendapatkan exposure yang tepat adalah dengan memperpanjang shutter speed (exposure time) daripada menaikkan ISO.

ISO yang terlalu tinggi akan membuat kualitas foto kamu menjadi rendah karena banyaknya noise.

5. Pengaturan Exposure Time

Pengaturan Exposure Time pada pemotretan star trail terdiri dari 2 metode, yaitu multiple exposure dan single exposure. Namun untuk mendapatkan kualitas gambar yang tinggi, banyak fotografer star trail senior yang menyarankan untuk menggunakan multiple exposure daripada single exposure.

Multiple Exposure

Teknik ini memotret pergerakan bintang dengan menggunakan beberapa foto dengan pengaturan yang sama, posisi tripod yang tetap dan diselingin rentang waktu yang sama juga antara pengambilan foto pertama dan seterusnya dengan mengambil beberapa foto dengan cara pengambilan eksposure yang lebih singkat (misalnya 20-30 detik).

Hasil dari beberapa foto yang kamu dapatkan kemudian disatukan menggunakan aplikasi editing foto seperti Photoshop atau Lightroom.

Kelebihan menggunakan teknik ini kamu bisa menggunakan ISO yang relatif lebih rendah jika dibandingkan menggunakan teknik single exposure sehingga dapat menghasilkan kualitas foto yang lebih baik.

Hampir semua kamera jika menggunakan exposure yang terlalu lama (lebih dari 3 menit) juga bisa mengakibatkan foto menjadi noise meskipun ISO diatur rendah. Hal ini biasa disebut dengan long exposure noise.

Meskipun ada pengaturan Long Exposure Noise Reduction (L.E.N.R) namun kualitasnya tetap lebih baik jika memendekkan shutter time.

Jika sudah, sebisa mungkin matikan fungsi noise reduction pada kamera, karena ini akan memperlambat kamera dalam memproses gambar, lebih baik pengurangan noise dilakukan pada post-processing.

Setelah pengaturan kamera sudah pas semua, atur intervalometer pada kisaran 3-5 detik (jadi, jarak pengambilan gambar yang satu ke yang lain adalah 3-5 detik) karena jika terlalu lama, maka jejak bintang akan terputus putus.

Single Exposure 

Teknik pemotretran star trail yang kedua adalah menggunakan single exposure, jadi kamu hanya menghasilkan sebuah foto dengan long-exposure berjam-jam, sehingga cahaya yang masuk ke sensor berintensitas tinggi.

Pilih aperture lebar f3,5 atau f5,6 kemudian atur ISO pada 500–800, jangan terlalu tinggi agar hasil foto tidak terlalu noise.

Namun cara ini beresiko di era digital seperti sekarang ini karena bisa mengakibatkan sensor kepanasan (overheating) sehingga bisa mengakibatkan munculnya dead pixel hingga kerusakan sensor kamera.

Cara ini sebenarnya lebih sering digunakan pada jaman kamera analog.

6. Komposisi Foto Star Trail

Sebelum melakukan pemotretan, atur komposisi foto yang menarik, biasanya menggunakan aturan one third two third atau 1/3 foreground dan 2/3 langit, kangan sebaliknya karena POI utama foto kamu adalah pergerakan bintang di langit.

Selama proses pengambilan gambar, usahakan tidak ada objek pengganggu yang bergerak tidak konstan karena itu akan mengganggu saat proses stacking.

Jika sudah selesai dalam pengambilan foto (waktu yang panjang pastinya) kini saatnya mendapatkan foto star trail tersebut melalui post-processing atau editing.

Jika diperlukan, edit-lah semua gambar agar hasilnya lebih baik, baik itu croping, eksposur, noise reduction dan lain-lain.

Gunakan Lightroom agar proses editing lebih cepat dan efisian karena kamu bisa menyimpan preset-nya kemudian diaplikasikan ke foto yang lain.

Post Processing (Editing Foto)

Lihat video di bawah ini :

Tahapan editing dalam video di atas :

  1. koreksi white balance dengan memaksimalkan Vibrance dan Saturasi, sehingga nge pas in white balance (biru vs kuning) dan tint (hijau vs magenta) lebih mudah;
  2. Setelah itu sedikit koreksi kamera dan lensa, serta penambahan kontras menggunakan “Dehaze” ;
  3. Setelah itu naikkan highlight dan shadow. Ini salah satu alasan mengapa pemotretan dengan RAW dibutuhkan, agar pada saat expansi datanya tersedia, tidak hilang seperti pemotretan dengan JPEG;
  4. Kemudian naikkan whiteblackcontrast dan exposure. Sampai dengan tahap ini foto sudah nampak jauh lebih baik dan siap digunakan.

Langkah-langkah selanjutnya adalah “bonus” knowledge tentang panorama dan selective adjustment agar foto terlihat lebih menarik lagi.

Semoga bermanfaat..!

sumber:kamerashot.com davemorrowphotography.com

Share this
Tags

Must-read

Mantaflow Creating Fire

Menciptakan efek api? Mudah dengan Mantaflow! https://www.youtube.com/watch?v=lR9vjaYzeYQ
spot_img

Recent articles

More like this