Salah satu seni rupa tradisi yang perlu dikembangkan adalah seni lukis kaca. Selain mendorong munculnya industri kreatif, media tersebut dapat digunakan menyampaikan pesan moral kehidupan. Sebut saja subosito, empan nggowo papan, ojo dumeh, melik nggendong lali, dan sebagainya.
“Sekarang ini banyak generasi muda yang sudah tidak mengenal tokoh- tokoh wayang beserta karakternya, sehingga masalah etika, sopan santun, budi pekerti dan pesan-pesan moral luhur lainnya kurang merasuk, bahkan tidak dipahami,” beber Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) Dyah Yuni Kurniawati, kemarin (26/9).

(UNS FOR RADAR SOLO)
Untuk itu, budaya lokal Indonesia perlu terus diangkat. Termasuk di kancah internasional. Hal tersebut dilakukan FSRD UNS dengan menggandeng Poh-Chang Academy of Arts, Bangkok, Thailand menggelar International Exhibition Visual Art Collaboration 2019 di Galeri Poh-Chang Academy of Arts Rajamanggala University of Technology Rattanakosin, 23-25 September. Pameran diikuti 50 peserta berasal dari lima negara, yaitu Indonesia, Thailand, Turkey, Tiongkok, dan Vietnam.
“Mayoritas karya dari Indonesia adalah plexiglass yang merupakan hasil riset ekplorasi medium pengganti kaca dalam karya seni rupa. Tujuannya, memperkenalkan seni tradisi Indonesia dengan medium plexiglass sebagai media rupa,” kata Dyah.
Wakil Dekan FSRD UNS Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Nooryan Bahari menerangkan, plexiglass potensial menjadi media pengganti kaca yang mudah pecah dan berat. Hingga saat ini, pelukis kaca tradisi dari Jogjakarta, Surakarta, dan Cirebon belum menggunakan medium plexiglass sebagai pengganti kaca untuk media ekspresinya.
Sumber: jawapos.com